kievskiy.org

Daya Saing Digital di Indonesia Masih Rendah, Dikti Kembangkan AI Centre

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI).
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). /Pexels.com/Tara Winstead Pexels.com/Tara Winstead

PIKIRAN RAKYAT - Daya saing digital di Indonesia masih rendah. Pendirian Artificial Intelligence Centre (AI Centre) oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), Kemendikbudristek, diharapkan bisa mendongkrak daya saing digital Indonesia ke depannya.

Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi mengatakan, berdasarkan data tahun 2019, posisi Indonesia masih rendah dalam hal digital competitiveness. Data dari Media Kernels Indonesia itu menunjukkan bahwa daya saing digital Indonesia berada di posisi 6 terbawah. Posisinya lebih rendah daripada Filipina, namun di atas negara Brazil serta negara-negara lain di Amerika Latin.

"Posisi Indonesia terkait digital competitiveness itu masih rendah di antara negara yang populasinya di atas 20 juta jiwa. Ini menjadi tantangan," katanya dalam peluncuran Aplikasi Transformasi Digital Ditjen Diktiristek dan Dikti AI Centre pada Senin, 3 Januari 2022.

Menurutnya, pada prinsipnya ada tiga tahap perkembangan digitalisasi. Pertama ada digital citizenship, yakni terkait bagaimana penduduk suatu negara melek teknologi, seperti mayoritasnya sudah bisa menggunakan telepon pintar. Kedua, tahapanan digital creativity, yakni bagaimana masyarakat di suatu negara mampu menciptakan pengetahuan baru dari digitalisasi. Hal ini biasanya terkait riset-riset yang dilakukan di perguruan tinggi.

Baca Juga: Jejak Digital Vanessa Angel Bocor, Kesaksian Kim Hawt Soal 'Pocong Lontong' Terbukti?

Sementara tahapan terakhir adalah tahapan digital competitiveness. "Dalam tahapan ini kita bisa menciptakan perusahaan, menciptakan produk, menciptakan peluang pekerjaan," ujar Fahmi.

Menurutnya, daya saing digital perlu terus ditingkatkan oleh Indonesia karena data menunjukkan bahwa pasar digital terus tumbuh.

"Market secara internasional, dari tahun 2011 sampai 2017, naik terus. Kalau seandainya bermain AI dan Big Data, itu potensinya akan ada," ujar dia.

Menurut Fahmi, selama ini penggunaan AI dan Big Data paling banyak untuk kepentingan sistem penunjang pengambilan keputusan (decision support system). Semua bidang dikatakannya akan membutuhkan penunjang pengambilan keputusan seperti itu. Dengan demikian, ke depan pemanfaatan AI dan Big Data tidak hanya menjadi dominasi orang-orang yang sebelumnya bergerak di bidang teknik informatika saja.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat