PIKIRAN RAKYAT - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) gencar mengampanyekan Sekolah Sehat. Hal itu didasari masih tingginya gaya hidup tidak sehat di kalangan anak-anak dan remaja.
Direktur Sekolah Dasar pada Kemendikbudristek, Muhammad Hasbi mengatakan, dengan melihat data sebelum pandemi Covid-19, kondisi kesehatan anak dan remaja, cukup memprihatinkan.
Kondisi tersebut diprediksi akan lebih memprihatinkan setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Hasbi menyebutkan dua hal yang menjadi indikator gaya hidup anak-anak dan remaja saat ini yang tidak sehat. Pertama, dari kebiasaan makan, kedua gangguan kesehatan terkait gizi.
Baca Juga: Pesta Miras Oplosan Berujung Petaka, 4 Remaja di Rancaekek Tewas
Saat ini, kata Hasbi, setiap hari, anak-anak dan remaja adalah mengonsumsi makanan berisiko. Sebanyak 50 persen anak kerap mengonsumsi makanan yang manis. Kemudian, 32 persen anak-anak dan remaja kerap mengonsumsi makanan asin.
Lalu, 11 persen mengonsumsi makanan instan dan 78 persen mengonsumsi makanan dengan penyedap berlebihan.
”Ini baru satu faktor. Kemudian, ada faktor lain lagi terkait dengan gizi,” ujarnya dalam kampanye Sekolah Sehat, Kamis 25 Agustus 2022.
Terkait gizi, Hasbi menuturkan, beberapa gangguan kesehatan yang dialami anak-anak dan remaja memiliki persentase cukup tinggi.