kievskiy.org

Menimbang AI atau Artificial Intelligence untuk Pendidikan, Ancaman atau Keuntungan?

Apakah Generative AI mengancam dunia pendidikan?
Apakah Generative AI mengancam dunia pendidikan? /Pixabay/geralt

PIKIRAN RAKYAT - Pemanfaatan teknologi artificial intelligence (AI) dalam pendidikan memiliki sisi positif dan negatif. Hal itu mengemuka tatkala Dewan Guru Besar Universitas Indonesia mengadakan webinar bertajuk “Penggunaan Generative AI untuk Tri Dharma Perguruan Tinggi di Universitas Indonesia” pada Sabtu, 9 Desember 2023 guna memberi edukasi terkait aturan penggunaan AI di bidang pendidikan.

Ketua DGB UI, Prof. Harkristuti Harkrisnowo S.H., M.H., Ph.D., menilai, edukasi itu penting dilakukan karena teknologi AI, di satu sisi membawa potensi positif bagi kegiatan akademis, tetapi di sisi lain perlu diwaspadai.

“Generative AI menjadi alat luar biasa yang menghadirkan banyak peluang untuk meningkatkan pembelajaran, penelitian, serta kegiatan akademis lainnya. Namun, sebagaimana teknologi canggih lainnya, teknologi ini harus memiliki pertimbangan yang cermat dan penerapan yang bertanggung jawab, serta tidak melanggar nilai-nilai etis,” ujar Prof. Harkristuti dalam keterangan tertulis Humas UI, Selasa, 12 Desember 2023.

Untuk mengulas potensi dan tantangan penggunaan kecerdasan buatan generatif atau Generative AI dalam berbagai perspektif ilmu, UI menghadirkan tiga narasumber yakni Guru Besar Fakultas Ilmu Komputer Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto, dan Guru Besar Fakultas Ilmu Kesehatan, Prof. Dr. Budi Haryanto. Ketiganya membahas Generative AI dari perspektif ilmu sains-teknologi, sosial-humaniora, dan kesehatan, serta batasan penggunaannya.

Menurut Prof. Wisnu, AI yang awalnya mampu memprediksi, mengklasifikasi, dan mengelompokkan data, kini berkembang menjadi Generative AI yang dapat menghasilkan konten baru selevel dengan konten yang telah ada.

Di dunia pendidikan, teknologi AI dapat mempermudah dalam meringkas teks/tulisan, membantu menerjemahkan bahasa (translate), serta memberikan jawaban, meski harus diverifikasi dengan data yang valid.

“Penggunaan AI perlu diperhatikan karena dapat menghilangkan beberapa esensi pendidikan. Tidak dimungkiri bahwa manusia tidak bisa meninggalkan teknologi karena mereka hidup dengan teknologi. Namun, manusia juga harus mampu mengatur penggunaan teknologi dengan baik,” ujar Prof. Wisnu.

Pada ilmu sosial-humaniora, penggunaan AI memiliki keterbatasan karena belum melampaui wisdom manusia dalam pengambilan keputusan berbasis nilai. Prof. Sudarsono mengatakan, penggunaan AI memiliki potensi negatif seperti penyimpangan penggunaan fake digital image dalam komunikasi publik. Oleh sebab itu, aturan penerapan generatif AI di UI harus dilandasi oleh kode etik dan kode perilaku UI.

Sementara itu, dari perspektif kesehatan, Prof. Budi melihat, Generative AI dapat dimanfaatkan dalam pembuatan aplikasi pelayanan kesehatan seperti bantuan untuk telemedis, rekam medis, penerjemah istilah medis, surveilans penyakit, rekrutmen clinical trial, deteksi gejala penyakit, triase pasien, dan monitor kondisi pasien secara daring.

“Penggunaan Generative AI dalam konsultasi medis pasien harus dilakukan dengan hati-hati. Jika diagnosis yang diberikan dengan teknologi ini berlebihan atau kurang lengkap, itu akan berbahaya pada penanganan penyakit serius, seperti serangan jantung atau kanker,” kata Prof. Budi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat