kievskiy.org

Kisah Nu’man Sabit, Wisudawan Tunanetra Peraih Beasiswa Hafidz 30 Juz

Nu’man Sabit, Wisudawan Tunanetra Peraih Beasiswa Hafidz 30 Juz.
Nu’man Sabit, Wisudawan Tunanetra Peraih Beasiswa Hafidz 30 Juz.

PIKIRAN RAKYAT - Nu’man Tsabit yang memiliki keterbatas dalam penglihatan sebagai penyandang tunanetra merupakan lulusan dari Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Bandung (Unisba) yang memperoleh beasiswa hafidz 30 juz dari Unisba. Keterbatasan yang dimiliki bukan menjadi penghalang baginya untuk terus meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi bahkan hingga bisa memperoleh gelar Sarjana.

Nu’man yang juga guru Pendidikan Agama Islam di SLBN-A Citeureup Kota Cimahi ini memperoleh fully funded selama perkuliahan hingga menyelesaikan studi, serta telah dinyatakan lulus pada 22 Januari 2024. Ia telah menempuh sembilan semester atau empat setengah tahun dari tahun 2019 karena sempat mengambil cuti selama satu semester dengan alasan menikah dan sedang fokus pada kegiatan di sekolahnya.

Adapun skripsi yang megantarkannya menjadi Sarjana berjudul “Implementasi Media Audio Murottal untuk Peningkatan Kemampuan Menghafal Al-Quran Siswa Tunanetra Di SLBN-A Citeureup Kota Cimahi”.

Kini ayah satu orang putri yang berasal dari Kabupaten Majalengka dan menetap di Kota Cimahi ini merasa lega karena sudah menyelesaikan studinya dan dilantik menjadi seorang Sarjana pada Wisuda Gelombang I Tahun Akademik 2023-2024 yang dilaksanakan di Aula Utama Unisba, pada Sabtu-Minggu (02-03/03/2024). Bahkan ia memperoleh IPK 3.45 dengan predikat Sangat Memuaskan.

Nu’man yang merupakan anak kedua dari enam bersaudara ini mengaku pada awalnya tidak akan mengambil beasiswa hafidz di Unisba, namun karena saran dari salah satu dosen FEB Unisba, maka Nu’man memutuskan mengambil  beasiswa tersebut.

Pria kelahiran 05 Mei 1995 ini mengungkapkan bahwa sebagai tunanetra bisa mengenyam suatu perkuliahan itu merupakan suatu kebanggaan dan tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapinya adalah sempat tersesat dan labas melewati kampus Unisba saat menggunakan angkot menuju kampus. “Sempet labas sampai ke ITB, jadi Baltos juga terlewat. Kemudian saya jalan kaki ke kampus. Ini pun bukan sekali dua kali saja, tapi sering.  Sering salah naik angkot tapi Alhamdulillah teman dan dosen sangat baik dan pengertian jadi mereka sering juga mengingatkan dan membantu terutama ketika saat berada di lingkungan kampus,” tuturnya.

Menurut Nu’man, minimnya fasilitas aksesibilitas di Unisba bagi tunanetra bukan menjadi kendala dalam menempuh studi di Unisba. Namun, keramahan dari dosen, tenaga kependidikan, serta teman-temannya menyenangkanlah yang membuat perkuliahan menjadi nyaman dan banyak terbantu.

Nu’man juga menambahkan, para dosen di Prodi Pendidikan Agama Islam selalu memberikan kemudahan dan pengertian kepadanya dalam berkuliah, salah satunya  memberikan kesempatan mengerjakan tugas dengan mengetik menggunakan laptop. “Selama ini ada dosen yang selalu memberikan pengertian, misal ketika memberikan tugas dengan tulis tangan, saya bisa diganti dengan mengetik karena saya menggunakan laptop yang berbasis audio. Jadi untuk hal semacam tugas-tugas itu tidak terlalu menyulitkan,” ungkapnya.

Ia pun memberikan kesan yang baik selama menjadi mahasiswa Unisba karena menurutnya bisa banyak mendapatkan wawasan baru, teman baru, ilmu baru dan pengalaman baru yang tentunya sangat menyenangkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat