kievskiy.org

Etika Penggunaan AI untuk Pendidikan Tinggi Mendesak, Jangan Sampai Pelanggaran Akademis Bermunculan

Aplikasi Generative AI (GenAI) dipamerkan di acara Dialog Kebijakan Tingkat Tinggi Mengenai GenAI Dalam Dunia Pendidikan, di Kemendikbudristek, Jakarta, pada Kamis, 25 April 2024.
Aplikasi Generative AI (GenAI) dipamerkan di acara Dialog Kebijakan Tingkat Tinggi Mengenai GenAI Dalam Dunia Pendidikan, di Kemendikbudristek, Jakarta, pada Kamis, 25 April 2024. /Pikiran Rakyat/Muhammad Ashari

PIKIRAN RAKYAT - Penggunaan Generative Artificial Intelligence (GenAI) di dalam dunia pendidikan akan menimbulkan banyak tantangan, utamanya dari segi etika. Panduan dalam bentuk regulasi mengenai pemanfaatan GenAI di dunia pendidikan dinilai sudah mendesak.

Salah satu bentuk GenAI itu seperti aplikasi ChatGPT. Melalui aplikasi tersebut, baik dosen maupun mahasiswa, memiliki kesempatan untuk merancang sendiri alur pembelajarannya. ChatGPT juga dapat berfungsi seperti mesin pencari, dimana mahasiswa dapat mencari sumber-sumber pengetahuan sesuai dengan yang dikehendakinya.

Di samping fleksibilitas dan kapasitasnya dalam mengolah pengetahuan, panduan etika untuk pemanfaatan GenAI dipandang perlu untuk lingkungan pendidikan tinggi. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Abdul Haris, mengatakan, perkembangan GenAI di lingkungan pendidikan tinggi memang perlu dikawal.

"Kita harus bisa mengambil manfaatnya (dari GenAI), dan jangan sampai merusak. Kalau tidak bisa memberikan koridor (panduan) ini, akan banyak mudharatnya," kata dia di sela-sela Dialog Kebijakan Tingkat Tinggi Asia Tenggara mengenai GenAI di Kemendikbudristek, pada Kamis, 25 April 2024.

Ia mengatakan, di tengah pemanfaatan GenAI yang semakin luas di lingkungan pendidikan tinggi, "pagar-pagar" tertentu perlu diberikan untuk mencegah praktik negatif, seperti plagiarisme.

Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Sri Suning Kusumawardani, mengatakan, kementerian kini tengah melakukan diskusi terumpun untuk membahas panduan-panduan yang perlu dikeluarkan terkait pemanfaatan GenAI. Lantaran masih dalam proses diskusi, ia masih belum menjawab secara pasti apakah produk panduan itu akan dalam bentuk Peraturan Mendikbudristek atau Keputusan Dirjen Diktiristek.

"Kami FGD dulu, nanti kami formulasikan, apakah itu dalam permen atau keputusan dirjen, tapi harapannya sampai ke permen, karena ini di lingkungan pendidikan," tuturnya.

Ia mengakui, tantangan terbesar dari GenAI di lingkungan pendidikan tinggi saat ini ada di level kebijakan yang mengaturnya. Bila tidak ada panduan kebijakan, ia menilai, dampak negatif bisa muncul.

"Dengan munculnya GenAI, kalau kemudian tidak diikuti dengan etika-etika yang ada, itu maunya bisa ingin jalan pintas. Itu yang tidak kita inginkan," tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat