kievskiy.org

Sekolah Negeri Tidak Memberikan Waktu dan Ruang yang Cukup untuk Bermain

Kids play in school
Kids play in school /Freepik Freepik

PIKIRAN RAKYAT - Pendeknya waktu serta menyusutnya ruang untuk bermain di Inggris berdampak serius pada kesehatan moral dan amoral mereka. Atas permasalahan ini, para guru, pekerja, dan akademisi telah diperingatkan. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu:

  • Analisis Guardian terhadap ruang yang tersedia di setiap sekolah mengungkapkan bahwa lebih dari 300 sekolah memiliki luas kurang dari 1.000 meter persegi dan setidaknya 20 sekolah tersebut tidak memiliki ruang terbuka. Di hampir 1.000 sekolah lainnya, hanya ada kurang dari 10 meter persegi untuk setiap murid.

  • Penelitian baru dari Institut Pendidikan UCL menunjukan bahwa penurunan waktu bermain anak anak ini terus berlanjut, apalagi setelah karantina wilayah akibat Covid.

  • Peningkatan tekanan kurikulum, kurangnya waktu diluar yang berkelanjutan, serta kurangnya staf pengajar mengurangi kapasitas pengawasan waktu bermain.

  • Sekolah di Inggris menghadapi kesulitan keputusan untuk finansial yang berdampak pada pendanaan perawatan lahan. Para kepala sekolah juga mengatakan kalau mereka sangat membutuhkan dana untuk meningkatkan fasilitas bermain anak anak.

  • Hancurnya bangunan sekolah yang banyak dibangun dengan beton standar yang tidak diperbaharui setelah waktu yang lama. Maksudnya disini adalah ada beberapa sekolah yang menggunakan lahan taman bermain mereka untuk kelas sementara dan itu membuat lahan untuk bermain anak anak semakin berkurang.

Ilustrasi anak bermain di sekolah
Ilustrasi anak bermain di sekolah Freepik
Damien Jordan, kepala sekolah dasar Fairlight di Brighton mengatakan bahwa ia sangat berusaha membuat anak anak bermain meskipun luas ruang terbuka mereka hanya 800 meter persegi.

“Kami adalah sekolah kota sesungguhnya” katanya. “Kami memiliki murid yang pergi di hari jumat lalu kembali kerumahnya dan tidak akan keluar lagi sampai mereka kembali ke sekolah ini pada senin pagi, maka dari itu kami harus menjadi ‘taman’ mereka, ‘lapangan sepakbola’ mereka dan juga menjadi tempat para orang tua bisa berbincang dengan temannya”

Jordan juga mengaku setelah menjadi seorang kepala sekolah selama 22 tahun, ruang kelas yang bebas berubah menjadi lebih mirip perkantoran karena kurikulum yang ‘menghilangkan’ masa bermain anak anak di usia mereka yang baru 6 atau 7 tahun. 

James Bowen, seorang asisten sekretaris umum di perkumpulan pemimpin sekolah (NAHT) juga sangat prihatin mengenai “kurikulum yang berlebihan” yang membebani para guru dan murid atau bisa juga diartikan sulitnya memastikan waktu yang bisa mencakup semua hal – termasuk waktu untuk bermain yang sudah termasuk di hari-hari sekolah. NAHT menantikan pengurangan konten kurikulum yang bisa memastikan bahwa tidak hanya kurikulum yang disusun dengan baik tapi juga tersedianya waktu untuk aspek penting lainnya di kehidupan sekolah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat