kievskiy.org

Menggali Makna 'Living Kitab Kuning': Diskusi Pimpinan Pesantren Raudhatul Irfan dan Akademisi AS di Ciamis

Diskusi mengenai 'Living Kitab Kuning' di Ciamis.
Diskusi mengenai 'Living Kitab Kuning' di Ciamis. /FPPU Jawa Barat

PIKIRAN RAKYAT - Pimpinan Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, KH. Dr Irfan Soleh melakukan diskusi dengan akademisi di University of California AS, Assoc Prof Muhammad Ali mengenai penerjemahan kitab kuning metode irfani ke dalam bahsa Inggris. Diskusi itu dilakukan di kediaman KH. Dr. Fadlil Yani Ainusyamsi pada Rabu 3 Juli 2024.

Diskusi singkat itu membahas mengenai penerjemahan kitab kuning, dan langkah selanjutnya yang akan dilakukan pesantren Raudhatul Irfan. Secara bertahap, mereka akan melakukan pembacaan kitab kuning dengan pendekatan ilmu sosial.

Diskusi tersebut pun memiliki korelasi dengan seminar yang Muhammad Ali sampaikan bersama Prof Ronald A Lukens Bull, pakar antropologi dari University of North Florida. Seminar international yang diadakan oleh Fakultas Ushuludin Universitas Islam Darussalam Ciamis bertajuk Exploring Anthropological Research on Quranic Tradititions in Indonesia itu diisi oleh tiga Narasumber yaitu Muhammad Ali, Ronald A Lukens Bull, dan Dr Safruroh selaku Penulis yang akan mengutip sebagian pembahasan dari Muhammad Ali tentang The Uses of scripture.

Alumni Pesantren Darussalam Ciamis itu membagi The Uses of Scripture ke dalam empat penggunaan yaitu kognitif (sumber ajaran, ritual publik), nonkognitif (pajangan, berkah, penolak bala), informatif (berita, isi teks), dan performatif (sikap, penampilan, pertunjukan).

Meski scripture yang dimaksud lebih ke kitab suci, tetapi kitab kuning bisa juga diteliti dari keempat penggunaan tersebut. Sebagai sumber ajaran yang dijadikan sumber dalil amaliyah masyarakat, meneliti kitab kuning dijadikan sebagai wasilah keberkahan, penampilan MQK, dan sebagainya.

"Prof Ronald A Lukens Bull membahas dari sudut pandang antropologi dimana antropologi bukan bicara benar atau salah, tetapi ada atau tidaknya dalam realitas sosial," ucap Irfan Soleh.

Dia mengatakan, pernyataan tersebut senada dengan Prof Abuddi Nata dalam bukunya Metodologi Studi Islam. Dalam bukunya, dia menyatakan bahwa Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik dan sistem keagamaan yang tumbuh serta berkembang dalam masyarakat.

Sistem keagamaan itu tumbuh sebagai suatu sistem ide, wujud, atau nilai dan norma yang dimiliki oleh anggota masyarakat yang mengikat seluruh anggota masyarakat.

"Pendekatan antropologi bisa melihat sejauh mana isi dari kitab kuning dipraktikan dalam kehidupan bermasyarakat. Kalau dalam studi al-Qur’an ada living Qur’an, dalam kitab kuning pun bisa diteliti Living Kitab kuning yaitu kitab kuning in every day activities," ujar Irfan Soleh.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat