PIKIRAN RAKYAT – Rasa takut atau waswas data pribadi diretas oleh orang lain sangat umum dirasakan di era digital seperti sekarang, pasalnya banyak sekali kasus di Indonesia mengenai peretasan data pribadi.
Selain data pemerintah, data pribadi juga sangat mudah diretas oleh para peretas (hacker). Tidak hanya dicuri, biasanya para peretas juga mengancam atau memeras beberapa orang yang dicuri datanya. Sehingga hal itu sangat merugikan orang.
Meskipun Anda beranggapan bahwa data pribadi Anda tidaklah penting atau tidak merasa ada hal-hal yang ditakutkan jika tersebar, maka Anda salah.
Para peretas tidak hanya menyebarkan data pribadi Anda, mereka bisa saja mencuri identitas Anda dengan menghubungi orang lain dan mengaku sebagai Anda sehingga merugikan orang tersebut, atau mengunci akun media sosial Anda, juga bisa menghapus informasi dari akun Anda.
Baca Juga: Perbedaan Hacker dan Cracker, Bjorka Termasuk yang Mana?
Dikutip Pikiran-rakyat.com dari Antara, dalam survey yang telah dilakukan Avast, 97.6 persen orang Indonesia menganggap data pribadi online mereka berharga, namun kurang bisa dalam menjaganya.
Selain itu, email menjadi layanan online yang paling banyak digunakan oleh pengguna Indonesia, yaitu sebanyak 47.1 persen, diikuti oleh Facebook dengan 29.5 persen pengguna.
Ketika sebagian orang menganggap bahwa data pribadi merupakan hal yang berharga, para peretas menganggap sebaliknya, mereka dengan mudah bisa mencuri data seseorang dan menjualnya.
Kata sandi, merupakan hal yang rentan sebagai titik dari pencurian data. Dan lebih dari 35% orang di Indonesia tidak pernah mengganti kata sandinya, padahal sudah diperingatkan karena adanya pencurian data. Dan 66.3% orang mengganti kata sandinya jika website sudah diretas, tetapi tidak menggantinya pada akun atau website yang belum diretas.
Baca Juga: Daftar 13 Koridor TransJakarta yang Beroperasi 24 Jam