kievskiy.org

Gedung Pikiran Rakyat Hasil Rancangan Wolff Schoemaker

GEDUNG Pikiran Rakyat di Jalan Asia Afrika No. 77 Kota Bandung.*
GEDUNG Pikiran Rakyat di Jalan Asia Afrika No. 77 Kota Bandung.*

BERADA di dekat titik nol Kota Bandung, gedung Pikiran Rakyat di Jalan Asia Afrika Nomor 77 memiliki sejarah cukup panjang. Berdiri sejak masa pemerintahan Belanda, gedung rancangan CP Wolff Schoemaker ini dibangun tahun 1920 dengan gaya arsitektur neo klasik yang terlihat dari bentuk atap berperisai (helm roof). Sebelum ditempati PT Pikiran Rakyat Bandung, gedung ini telah berdiri kurang lebih lima puluh tahun. Mulanya gedung ini digunakan sebagai kantor de Kock, Sparkes & Co pada tahun 1920-an. Sekitar sepuluh tahun kemudian menjadi kantor Autohandel Mascotte (1930-an) dan pada tahun 1950-an ditempati Mascotte Trading Co. Baru pada tahun 1971, bangunan ini dimiliki PT Pikiran Rakyat Bandung. Tak ada perubahan signifikan dalam bentuk gedung itu, hanya interior yang disesuaikan dengan keperluan dan perkembangan zaman. PT Pikiran Rakyat Bandung juga membeli bangunan di sebelahnya yang semula milik Garuda Indonesia di Jalan Asia Afrika 71, 73, dan 75 pada tahun 2004. Harian Umum Pikiran Rakyat sendiri merupakan sebuah rangkaian panjang sebuah perjalanan sejarah. Pikiran Rakyat selalu diasosiakan dengan Fikiran Ra’jat yang didirikan Soekarno pada 1926, Fikiran Rakjat, atau Pikiran Rakjat pada 1950-an. Keduanya terbit pada zaman berbeda. Satu sama lainnya tak ada hubungan dengan manajemen Pikiran Rakyat saat ini selain namanya yang sama. Fikiran Rakjat berkantor di de Preangerbode yang terletak di Jalan Braga. Sekarang, gedung ini masih dipakai oleh salah satu bagian dari grup PT Pikiran Rakyat Bandung. Kemudian, Fikiran Rakjat berganti nama menjadi Pikiran Rakjat dan menempati Gedung Jawatan Penerangan atau kemudian dikenal dengan CV Ganaco yang sekarang menjadi Gedung Bank BNI di Jalan Perintis Kemerdekaan Bandung. Tahun 1965, Pikiran Rakjat harus berhenti terbit karena adanya keputusan Menteri Penerangan yang menyatakan bahwa surat kabar harus berafiliasi dengan partai politik atau surat kabar yang diterbitkan instansi pemerintahan. Perusahaan yang menerbitkan Pikiran Rakjat kemudian memilih penerbitan Warta Harian Mertju Suar. Para karyawan yang tak ikut dalam penerbitan Mertju Suar diberhentikan tanpa pesangon oleh PT Bandung, yang saat itu merupakan pihak manajemen Pikiran Rakjat. Alhasil, sejumlah wartawan pun menganggur, namun mereka tetap berkantor di salah satu ruangan kecil di Jalan Asia Afrika No. 133, yakni Gedung Percetakan PT Bandung (Bandung NV). Hingga akhirnya, pada 24 Maret 1966, wartawan-wartawan yang bertahan di Pikiran Rakyat bergabung dengan Harian Angkatan Bersendjata Edisi Djawa Barat/Pikiran Rakjat. Tanggal inilah yang dijadikan tonggak lahirnya Pikiran Rakyat yang dikenal sekarang ini. Setelah satu tahun, tepatnya pada 21 April 1967, didirikanlah Jajasan Pikiran Rakjat Bandung. Sejak itu Harian Angkatan Bersendjata/Pikiran Rakjat diperkenankan hanya memakai nama Harian Umum Pikiran Rakjat, tanpa embel-embel Angkatan Bersendjata. Nama Harian Umum Pikiran Rakyat itulah yang kemudian melekat hingga kini.*** *) Tulisan ini pernah dimuat di HU Pikiran Rakyat edisi 20 Maret 2011. Ditulis oleh Kania Dewi Natalia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat