kievskiy.org

50 Titik Mata Air Dikuasai Perseorangan

KOMUNITAS pencinta alam melakukan upacara peringatan Hari Bumi di kolam sumber mata air karst Citatah, Bumi Perkemahan Rasa Sunda, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jumat, 22 April 2016.*
KOMUNITAS pencinta alam melakukan upacara peringatan Hari Bumi di kolam sumber mata air karst Citatah, Bumi Perkemahan Rasa Sunda, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jumat, 22 April 2016.*

NGAMPRAH, (PR).- Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menganggarkan Rp 2-3 miliar setiap tahun untuk membeli mata air yang dimiliki perorangan untuk dikelola dan dimanfaatkan bagi masyarakat umum. Dari 93 mata air yang terdata ada di Bandung Barat, sekitar 50 titik mata air masih dimiliki oleh perorangan. Demikian disampaikan Wakil Bupati Bandung Barat Yayat T Soemitra seusai mengikuti peringatan Hari Bumi yang digelar sejumlah komunitas pencinta alam di Bumi Perkemahan Rasa Sunda, Citatah, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jumat, 22 April 2016. "Pemerintah sudah menginventarisir, sementara ini yang sudah terdata di Bandung Barat itu ada 93 titik mata air. Pemkab Bandung Barat punya suatu kebijakan, supaya mata air ini diprioritaskan bagi masyarakat umum. Semua mata air yang berada di lahan pribadi, akan dibeli pemerintah," kata Yayat. Menurut dia, Pemkab Bandung Barat bukan bermaksud melarang kepemilikan mata air oleh perorangan, namun pemanfaatannya mesti dirasakan oleh masyarakat umum. Dari 93 mata air itu, setengahnya sudah dimiliki oleh pemerintah, kendati banyak di antaranya atas nama badan usaha milik negara. "Ada juga beberapa mata air yang dimiliki pemerintah desa. Yang masih punya masyarakat itu ada sekitar 50 titik mata air. Setiap tahun kami coba beli 3-4 titik. Ini sudah tahun ketiga, tiap tahun kami siapkan anggaran Rp 2-3 miliar untuk membelinya. Idealnya sih radius tiga hektare di mata air yang dibeli, tapi kondisinya kan macam-macam," katanya. Menurut dia, air merupakan kebutuhan mendasar masyarakat yang tidak semestinya dikuasai oleh segelintir orang. "Kalau sudah dimiliki secara privat, orang lain akan kesulitan mencari air. Bahkan bisa saja mata air itu akhirnya hilang. Kami tidak berpikir ada mata air yang bisa sampai hilang, sehingga titik-titik tertentu harus diamankan untuk kebutuhan publik," tukasnya. Pada kesempatan tersebut, Yayat bertindak sebagai pemimpin upacara dalam peringatan Hari Bumi yang diinisiasi oleh Forum Pemuda Peduli Karts Citatah, Citatah Rescue Team 04, Srikandi Nusantara, dan Federasi Panjat Tebing Indonesia KBB. Upacara pengibaran bendera Merah Putih dilakukan di kolam sumber mata air Karst Citatah. Dalam upacara itu, bendera Merah Putih berukuran raksasa dikibarkan dari air di kolam. Para petugas dan peserta upacara melaksanakan upacara dengan cara water hammocking. Di samping pembacaan Pancasila, pembukaan UUD 1945, doa, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, di dalam upacara itu juga dilakukan pembacaan kode etik pencinta alam. Penanaman pohon bambu secara simbolis dilakukan setelah upacara berlangsung. Ketua FP2KC Deden Syarif Hidayat mengatakan, upacara di atas kolam sumber mata air itu dimaksudkan supaya seluruh peserta upacara dapat memaknai secara mendalam fungsi mata air bagi kehidupan. Dengan demikian, setiap orang akan berusaha menjaga kelestariannya. "Ini gagasan teman-teman untuk menyelenggarakan peringatan Hari Bumi di air. Berawal dari filosofi bahwa air merupakan sumber kehidupan, yang bukan hanya bagi manusia tetapi juga bagi flora dan fauna. Melalui kegiatan ini, pada Hari Bumi ini, kami ingin menyampaikan pesan. Selamatkan bumi, selamatkan mata air," kata Deden.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat