kievskiy.org

Penggunaan Media Kertas Daluang untuk Karya Seni Mulai Ditinggalkan

PERUPA Edi Dolan (kanan) memberikan petunjuk pada Ana anggota komunitas Gerbong  pada Pameran Seni Rupa “Citra Wayang dan Artikulasi Estetika” yang memamerkan karya lima perupa Kota Bandung di Gedung Pusat Pengembangan Kebudayaan Jalan Naripan 7 Bandung. Pameran berlangsung hingga Selasa 31 Mei 2016.*
PERUPA Edi Dolan (kanan) memberikan petunjuk pada Ana anggota komunitas Gerbong pada Pameran Seni Rupa “Citra Wayang dan Artikulasi Estetika” yang memamerkan karya lima perupa Kota Bandung di Gedung Pusat Pengembangan Kebudayaan Jalan Naripan 7 Bandung. Pameran berlangsung hingga Selasa 31 Mei 2016.*

BANDUNG,(PR),-Pengunaan kertas daluang dari kulit pohon saeh sebagai kearifan budaya tradisi mulai semakin ditinggalkan. Media kertas daluang untuk karya seni dapat menjadi salah satu sarana penyelamat kertas daluang dan pohon saeh sebagai karya budaya.

“Tradisi pembuatan kertas tradisional yang dikenal dengan nama daluang merupakan salah satu diantara sekian banyak kearifan tradisional nusantara yang saat ini sudah mulai ditinggalkan. Melalui pengunaan kertas daluang sebagai media karya seni diharapkan mampu  menjadi sarana pelestarian,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Nunung Sobari disela-sela demo “Kertas Daluang” di Pameran Seni Rupa “Citra Wayang dan Artikulasi Estetika” di Gedung Pusat Pengembangan Kebudayaan (dulu YPK) di Jalan Naripan Bandung, Rabu 25 Mei 2016.

Dikatakan Nunung, sebagai warisan budaya, pohon saeh dengan kertas daluangnya memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bila dipergunakan secara arif. “Kertas daluang dari pohon saeh dapat menjadi media berbagai karya seni yang memiliki nilai jual tinggi, pemanfaatan daluang ini yang belum banyak dilirik dan harus diperkenalkan pada generasi muda agar tradisi kertas daluang sekaligus konservasi tanaman saeh dapat dilestarikan, “ujar Nunung.

Sementara seniman Edi Kusmiyanto yang lebih dikenal dengan nama Edi Dolan mengatakan penggunaan kertas daluang sebagai media seni rupa dilakukan dalam upaya menggali potensi daluang sebagai karya seni, warisan budaya, dan keterampilan mengolah media. “Daluang, yang kini sudah jarang dijumpai saya coba tafsirkan  dan perlakukan dalam konteks baru di zaman yang serba modern ini,” ujar Edi Dolan pada acara demo Kertas Daluang bersama Komunitas Gerbong.

Dikatakan Edi, daluang merupakan kulit kayu pohon saeh yang bisa dipakai untuk alas menulis dan melukis. “Media ini sebenarnya sudah dipakai beratus-ratus tahun yang lalu di sejumlah daerah Nusantara, sayangnya di tengah serbuan kertas pabrikan, daluang tersingkir, karenanya tidak heran jika kini daluang menjadi barang langka, “ ujar Edi.

Pameran ini juga memamerkan karya perupa Basuki Bawono, Ratma D.S., Deden Sambas W.A.F., dan Eddy W.K. Perupa daluang Edi Dolan memamerkan sejumlah karyanya dengan media kertas daluang. Selain wawacan atau naskah cerita pewayangan,  di pameran yang akang berlangsung hingga Selasa 31 Mei 2016 mendatang ini juga memamerkan tulisan atau aksara Sunda kuno.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat