kievskiy.org

MUI Jabar Akan Klarifikasi Langsung ke Hikmatul Iman

BANDUNG, (PR).- MUI Jabar akan melakukan kajian, penelitian, dan klarifikasi mengenai lembaga "Hikmatul Iman" yang kini berubah menjadi Yayasan Lantunan Nurani Bahtera (Lantera). Hal itu berkaitan dengan pengaduan puluhan warga masyarakat mendatangi kantor MUI Jabar di Jalan LLRE Martadinata, Senin, 7 Juni 2016. "Kami mendapatkan laporan kalau Ketua Hikmatul Iman Dicki Zaenal Arifin melakukan perbuatan yang diduga penistaan agama," kata Sekretaris Umum MUI Jabar, Rafani Achyar, di ruang kerjanya, Rabu, 8 Juni 2016. Menurut Rafani, warga melaporkan beberapa kejanggalan dari ucapan Dicki seperti Nabi Adam belum meninggal dan gerakan salat tanpa bacaan. "Untuk itu, kami akan kaji, teliti, dan klarifikasi langsung ke yang bersangkutan sehingga semuanya menjadi jelas," ujarnya. Sedangkan Anggota Yayasan Lantera, Fajar Budhi Wibowo mengatakan, keluarnya surat keputusan pada 28 Mei 2013 dari MUI Kab. Cianjur diduga karena adanya paksaan dari sekelompok orang. "Ketika kami klarifikasi ke MUI Kab. Cianjur ternyata keluarnya surat itu agar membuat suasana menjadi diam sebab diduga ada tekanan dari kelompok tertentu," ujarnya dalam rilis yang dikirimkan kepada "PR". Fajar menengarai adanya upaya mengadu domba umat Islam agar menjadi lemah dan selalu berbenturan satu sama lain. "Kami juga tahu di dalam organisasi kami ada sekelompok radikal yang diam-diam masih menghasut untuk menjadi anti toleransi, mengkafir-kafirkan mereka yang berbeda pendapat, dan tidak menghargai budaya dan kearifan lokal, padahal Islam mengajarkan sebagai rahmat untuk seluruh alam," katanya. Fajar menduga ada "api dalam sekam" dari mereka yang "gagal paham" sehingga harus ada upaya "pembersihan pembenahan diri" sebelum lebih melangkah jauh . "Namun kami harus membersihkan organisasi ini secara cantik , tidak boleh "main usir" begitu saja. Kami memprediksi dalam beberapa waktu ke depan akan ada orang "gagal paham" yang tidak kuat lagi dan pasti akan mengajak-ajak untuk keluar dari organisasi," katanya. Kelompok yang dianggap "gagal paham" ini yang mengadu domba pihak Yayasan Lantera dangan pihak lain. "Dengan cara melaporkan hal hal yang tidak sesuai kenyataan. Hal-hal yang mereka gagal pahami sebagai sesuatu yang dianggap "sesat" dengan memanfaatkan pihak "ketiga" yang sudah lama membenci organisasi kami," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat