kievskiy.org

Selamatkan Lutung Jawa dari Kepunahan

Lutung Jawa sedang menyantap makanan berupa dedaunan di Pusat Konservasi Primata Pulau Jawa di Kaki Gunung Tikukur, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Sabtu, 14 Januari 2017.*
Lutung Jawa sedang menyantap makanan berupa dedaunan di Pusat Konservasi Primata Pulau Jawa di Kaki Gunung Tikukur, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Sabtu, 14 Januari 2017.*

Tingkahnya menggemaskan. Bulunya berwarna cokelat kemerah-merahan. Ada pula yang berwarna hitam. Sesekali lengkingan suara mereka memecah keheningan di tengah lebatnya pepohonan. Itulah tingkah laku hewan primata lutung jawa (Trachypithecus auratus) yang terancam punah. Pemerintah pun berupaya keras menyelamatkan keberadaan mereka meskipun harus memboyong dari luar negeri untuk dilepasliarkan di habibat aslinya. Primata tersebut merupakan hewan endemik Pulau Jawa. Pada Selasa 10 Januari 2017 lalu, Pusat Konservasi Primata Pulau Jawa di kawasan Ciwidey, Kabupaten Bandung kedatangan 15 ekor primata endemik itu yang terdiri atas 7 lutung betina dan 8 lutung jantan. Ke-15 lutung itu, sebelumnya dibesarkan dan menjadi koleksi di Kebun Binatang Port Lympne Animals Park Inggris dan Beauval Zoo Prancis. Hewan-hewan mungil itu pun sengaja dibawa ke Indonesia sebagai upaya melestarikan spesies mereka di alam liar. Lantaran sosoknya yang lucu, tak pelak pemburu liar mengincar primata ini untuk dijual di pasar gelap. Seorang pengawas hewan di Pusat Konservasi Primata di Ciwidey, Asep Purwarna mengatakan, ke-15 lutung jawa itu, lahir dan dibesarkan di kebun binatang yang berada di Inggris dan Prancis. Karena habitat lutung jawa di Pulau Jawa, lutung-lutung yang sempat dirawat dan dibesarkan selama 5 tahun di kebun binatang dua negara tersebut, sengaja dikembalikan ke habitat aslinya. ”Setelah mereka didatangkan ke sini, lutung jawa tersebut langsung kami karantina. Setelah lutung-lutung ini benar-benar siap di alam bebas, kami segera melepasliarkannya di salah satu kawasan hutan di Jawa Timur,” kata Asep saat ditemui ”PR” di Pusat Konservasi Primata di Ciwidey, Sabtu, 14 Januari 2017. Ia menjelaskan, pentingnya upaya karantina tersebut agar para lutung jawa kembali bisa beradaptasi dengan alam liar sesuai habibat aslinya. Selain itu, upaya karantina dilakukan untuk mengawasi tingkah laku lutung jawa termasuk mengawasi pola makan dan penyakit yang mungkin mereka derita. Di Pusat Konservasi Primata, lutung-lutung itu diberi makan berupa dedaunan dan buah-buahan yang biasa tumbuh di hutan. Sebelumnya, Pusat Konservasi Primata yang berada di kaki Gunung Tikukur ini, mempunyai 35 lutung jawa. Dengan kedatangan 15 lutung, jumlah primatanya bertambah menjadi 50 ekor. Untuk menjaga tingkah laku aslinya di alam liar, lutung-lutung itu sengaja dijauhkan dari keberadaan manusia. Menurut Asep, sesaat setelah tiba di Pusat Konservasi Primata, lutung-lutung itu tidak langsung aktif. Lutung-lutung itu diduga mengalami perbedaan waktu antara Indonesia dengan tempat semulanya di Inggris dan Prancis. ”Pertama kali datang, mungkin masih jetlag karena menempuh perjalanan udara dengan jarak jauh. Saat kami memberi mereka makanan pada pagi hari, lutung-lutung itu masih tertidur. Mungkin masih terbawa suasana di Inggris. Kan kalau di sini pagi, di Inggris masih malam, jadi mungkin masih jam mereka tidur. Lutung-lutung itu baru aktif sore hari,” tuturnya. Asep memperkirakan, populasi primata itu mencapai lebih dari 5.000 ekor yang tersebar di beberapa lokasi hutan di Indonesia. Namun, keberadaan lutung-lutung itu terus berkurang. Banyaknya alih fungsi lahan hutan dan perburuan liar menjadi faktor penurunan jumlah primata itu. ”Lutung merupakan hewan dilindungi. Segala aktivitas perburuan terhadap hewan itu akan dikenakan pidana. Pemerintah terus melakukan upaya penyelamatan hewan endemik Pulau Jawa ini dari kepunahan, termasuk mengadili pelaku perburuan liar,” ucapnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat