kievskiy.org

Macet Libur Lebaran Di Lembang, Pengusaha Sayur Rugi Jutaan Rupiah

Seorang distributor sayur mengirimkan sayuran pakai motor di Kampung Areng, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat 30 Juni 2017.
Seorang distributor sayur mengirimkan sayuran pakai motor di Kampung Areng, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat 30 Juni 2017.

NGAMPRAH, (PR).- Kemacetan di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat selama libur Lebaran membuat para pengusaha sayur di Desa Cibodas dan Suntenjaya merugi, karena harus mengeluarkan ongkos dua kali lipat. Selain itu, sayur-sayuran yang dikirim pun jadi lebih mudah rusak, karena terlalu lama berada di perjalanan.

Seorang distributor sayur asal Cibodas, Yopi Darmawan (30) menuturkan, kerugian yang dialaminya diperkirakan mencapai jutaan rupiah. Ketika ada bus yang masuk parit di Jalan Maribaya-Patrol pada Selasa 27 Juni 2017 dan Rabu 28 Juni 2017 lalu, akses pengiriman sayur bahkan harus tertutup sampai belasan jam, karena jalan itu menjadi jalur utama pengiriman sayur.

"Kalau di jalan macet, mobil buat mengangkut sayur itu jadi enggak bisa bergerak. Akses jalannya kan terhambah oleh kendaraan wisatawan. Otomatis kami jadi rugi, rugi waktu dan rugi uang. Kualitas sayur yang dikirimkan juga jadi mudah rusak, karena sudah enggak segar lagi," kata Yopi di rumahnya, di Kampung Babakan Gentong, Jumat 30 Juni 2017.

Dia menyebutkan, kerugian serupa dialami oleh para pengusaha sayur lainnya di Cibodas, yang berjumlah sekitar 20 orang. Selama lima hari terakhir ini, dia mengaku bahwa pengiriman sayur dari gudang pengepakan ke daerah-daerah tujuan jadi banyak tersendat.

"Karena macet kemarin, pengiriman ke daerah tujuan itu jadinya engggak tepat waktu. Biasanya sekali pengiriman ke Jakarta memerlukan waktu sekitar lima jam, sekarang bertambah jadi lebih dari delapan jam. Jadi, sayur-sayuran yang seharusnya sampai jam 22.00 di pasar itu sekarang sampainya dini hari atau pagi hari," tuturnya.

Dalam sekali pengiriman menggunakan mobil pikap, menurut dia, biasanya berisi 1-2 ton beragam sayuran, seperti cabai, wortel, kubis, brokoli, atau tomat. Modal yang dibutuhkan dalam sekali pengiriman, kata dia, berkisar antara Rp 3-5 juta.

"Belum lagi biaya solar dan sopir, yang biasanya cuma habis Rp 300 ribu, sekarang ini jadi Rp 500 ribu karena jalannya macet. Itu buat pengeluaran solar dan sopir dalam sehari. Sementara libur ini kan sampai Minggu. Jadi, ya tinggal dikalikan saja kerugian yang saya alami. Kalau ditambah kerugian supplier sayur yang lainnya, ditotal-total bisa sampai ratusan juta," ucapnya.

Bantu cari solusi

Dia berharap, pemerintah daerah maupun pengusaha objek wisata dapat mencarikan solusi bagi para petani dan pengusaha sayur, umumnya untuk masyarakat Lembang di sekitarnya. Apalagi, kawasan Lembang bukan hanya menjadi daerah wisata, melainkan pula sentra sayur dan ternak sapi.

"Pemerintah seharusnya ikut memikirkan kami. Pengusaha juga jangan hanya memikirkan untungnya saja. Kami ini kan penduduk lokal, yang sudah bertahun-tahun hidup bertahun-tahun dari ladang pertanian. Jujur saja, dengan adanya objek wisata ini kehidupan masyarakat jadi terangkat. Namun, dampaknya juga cukup besar bagi masyarakat sekitar," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat