kievskiy.org

Rumah Ambruk Timpa 3 Anak

Warga mengamati rumah milik Enok (72) yang atapnya ambruk tiba-tiba di Jalan Pasir Koja, Gang Sukapakir, Kota Bandung, Rabu 6 Agustus 2017. Atap tersebut menimpa lima penghuni yang sedang memulai aktivitas dan berakibat dua orang mengalami luka-luka.
Warga mengamati rumah milik Enok (72) yang atapnya ambruk tiba-tiba di Jalan Pasir Koja, Gang Sukapakir, Kota Bandung, Rabu 6 Agustus 2017. Atap tersebut menimpa lima penghuni yang sedang memulai aktivitas dan berakibat dua orang mengalami luka-luka.

BANDUNG, (PR).- Dua wanita dan 3 anak tertimpa atap rumah yang runtuh, di Gang Sukapakir, RT 01 RW 05, Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojongloa, Bandung, Rabu 6 September 2017. Peristiwa yang terjadi pukul 08.00 WIB itu mengakibatkan Sri Mulyati (54) mengalami luka di kepala dengan 10 jahitan, sementara sisanya selamat.

Pemilik rumah yang juga menjadi korban, Enok wariyah (75) menceritakan, sesaat sebelum kejadian mereka tengah menonton televisi. Kebetulan, posisi menonton berada di kursi ruang tamu yang berjarak empat meter dari televisi. Enok baru saja selesai memandikan ketiga cucunya yakni, Atilla (3), Nabila (2), dan Memey (7).

Anak-anak itu sempat duduk di lantai tengah rumah. Namun, Enok bersama Sri Mulyati meminta ketiga bocah itu untuk pindah ke kursi ruang tamu, duduk berjajar.

“Ini rumah masih asli sejak 1960. Sudah banyak bocor, ditambal-tambal. Waktu hujan kemarin air bocor kena lampu. Kemarin setelah hujan atapnya kelihatan mulai rapuh, banyak serbuk pasir berjatuhan dari langi-langit. Makanya saya suruh anak-anak menjauh dari tengah rumah,” ujar Enok.

Tak lama setelah anak-anak itu manut dan duduk di kursi ruang tamu, atap rumah tiba-tiba ambrol dalam waktu kurang dari sedetik. Runtuhan yang berawal dari bagian tengah atap itu ambruk bersama dengan penampang balok kayu (ring balk) dan turut menarik seluruh struktur atap beserta genteng pelindung rumah hingga tak bersisa.

Tetangga yang rumahnya berimpitan di gang kecil itu tak langsung menolong. Saat kejadian robohnya atap itu, warga berhamburan keluar rumah, melarikan diri dari sumber suara karena khawatir gempa. “Gelapnya lebih dari kebakaran. Suaranya mengguruh. Semua berhamburan karena mengira ada gempa bumi,“ kata seorang tetangga, Ujang (55). 

Gelap dan menjerit

Suasana mendadak gelap. Ruangan penuh debu reruntuhan genteng yang hancur menjadi keping. Enok tak bisa mencari cucunya. Ia hanya bisa menjerit sebisanya. Sri tak kalah panik. Ia terus menjerit memanggil nama ketiga bocah itu. Debu-debu itu membuat pandangan gelap. Nafas pun terasa sesak. Semua menjerit, menangis, saling memanggil nama, tanpa bisa melihat asal sumber suara.

Sekitar 15 menit berselang, Sri baru bisa melihat cahaya. Bongkahan kayu dan serpihan genteng yang menimpa Sri mulai tersingkir berkat warga yang sibuk menolong. Sri menjadi satu-satunya korban reruntuhan yang tertahan lama di lokasi akibat tertimpa balok kayu dan pecahan genteng. Sementara Enok dan anak lainnya telah lebih dahulu dievakuasi oleh warga sekitar, hanya beberapa menit setelah kejadian.

Enok dan ketiga anak itu tertolong tembok setinggi satu meter yang berada di belakang kursi tamu. Dengan posisi duduk di kursi yang tepat di sudut ruangan, tembok itu menyelamatkan mereka dari reruntuhan balok besar, meskipun tubuh tetap tertutup debu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat