kievskiy.org

Ini Strategi Presiden Joko Widodo Tuntaskan Banjir Rutin Bandung Selatan

SOREANG, (PR).- Presiden Joko Widodo meninjau pembangunan proyek kolam retensi di Cieunteung, Baleendah, Kabupaten Bandung, Senin, 4 Desember 2017. Dia meyakini pembangunan kolam retensi dan terowongan saluran air bisa mengurangi banjir tahunan di Baleendah, Bojong Soang dan Dayeuh Kolot.

Presiden Joko Widodo meninjau lokasi proyek kolam retensi bersama Bupati Bandung Dadang M Nasser, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Menteri Pekerjaan Umum-Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Kepala BNPB Willem Rampangilei juga mendampingi Presiden Joko Widodo dan lebih banyak memberikan penjelasan mengenai kolam retensi kepada presiden.

Rombongan presiden saat itu baru saja meresmikan Jalan Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja). Seusai menjajal Tol Soroja, rombongan kemudian langsung bergerak ke lokasi kolam retensi.

Presiden Joko Widodo mengatakan, kolam retensi ditargetkan akan selesai pada tahun 2018. Setelah kolam retensi rampung, kemudian akan dilanjutkan dengan membangun terowongan air. Menurutnya, itu merupakan solusi atas banjir tahunan di Kabupaten Bandung.

Penataan DAS Citarum

Setelah kolam retensi dan terowongan rampung, dia mengatakan, akan mengintensifkan penataan kawasan hulu sampai hilir DAS Citarum dengan normalisasi sungai. Menurutnya, keterpaduan pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat penting dalam penataan DAS Citarum ke depannya.

“Mungkin Januari 2018 kita akan mulai besar-besaran dari hulu sampai ke hilir,” tutur Presiden Joko Widodo.

Dia mengatakan, akan fokus dulu ke penanganan DAS Citarum. Bila dirasakan tahapannya sudah benar, akan dilanjutkan ke aliran sungai lainnya.

Dia menambahkan, kerusakan lingkungan ada kaitannya dengan banjir yang terjadi di beberapa daerah, utamanya bila terkait dengan penataan DAS Citarum. Menurutnya, penanaman di daerah hulu harus betul-betul diperhatikan, baik oleh kementerian terkait maupun pemerintah daerah. “Secara konkret kita harus nanem betul-betul di hulu,” tuturnya.

Selain kerusakan alam, faktor cuaca ekstrem juga turut berperan. “Ada hujan yang ekstrim. Problem itu yang memang harus kita tangani,” tuturnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat