kievskiy.org

Angka Kelahiran Masih Harus Diturunkan Lagi

NGAMPRAH, (PR).- Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2017, angka fertilitas total (Total Fertility Rate/TFR) mengalami penurunan. Penurunan terjadi dari 2,6 anak per wanita subur menjadi 2,4 anak per wanita subur. Meski begitu, angka tersebut masih harus diturunkan lagi menjadi 2,1, sebagai syarat penduduk tumbuh seimbang.

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Jawa Barat Sukaryo Teguh Santoso mengatakan, program pembangunan keluarga sangat penting bagi penurunan fertilitas (kelahiran). "Ini yang disebut dengan beyond family planning," ujarnya, dalam kegiatan Sinergitas Kebijakan Pembangunan Keluarga Jawa Barat di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, pekan lalu. 

Dia menjelaskan, beyond family planning merupakan konsep program KB dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Dengan kondisi TFR yang membaik dan kepesertaan KB yang meningkat, maka konsep beyond family planning penting dijalankan dengan memperkuat program-program integrasi mendukung program KB.

Bila peserta KB (Contraception Prevalence Rate/CPR) masih dibawah 35 persen, lanjut dia, maka strateginya melalui intensifikasi dan ekstensifikasi mengajak sebanyak-banyaknya pasangan usia subur (PUS) menggunakan kontrasepsi. Selanjutnya, bila CPR 35-65 persen, strateginya masuk pada tahap pembinaan peserta KB, didukung dengan program-program integrasi sambil berupaya menambah peserta KB baru.

Generasi berkualitas

"Dalam tahap ini sudah dimulai pembinaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga. Kemudian bila sudah 65 persen ke atas, maka masuk pada tahap pelembagaan dan pembudayaan, di mana KB sudah menjadi gaya hidup buat dan sesuatu yang membanggakan bagi keluarga. Jabar sendiri sudah masuk pada tahap kedua dan ketiga," katanya.

Selain hal tersebut, dia menjelaskan, program pembangunan keluarga juga terkait dengan pembangunan karakter bangsa untuk menghasilkan generasi yang berkualitas. Menyangkut kualitas SDM, Sukaryo mengingatkan kepada para peserta yang terdiri atas unsur pengelola ketahanan keluarga pada organisasi perangkat daerah di kabupaten/kota yang ada di Jabar. Dia mengatakan tantangan program pembangunan keluarga juga terkait dengan indeks pembangunan manusia. 

Beberapa indikator penentu pada periode MDG’s di 2015 lalu yang tidak turun, ialah seperti angka HIV/AIDS serta angka kematian ibu dan anak. Juga pada periode SDG’s saat ini hingga 2030 nanti, di mana beberapa parameternya bertumpu pada program ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Oleh karena itu, dia menilai perlunya implementasi pembangunan keluarga dengan meningkatkan kualitas ibu, balita dan anak, kualitas remaja, kualitas lansia serta akses ekonomi keluarga. "Jadi pembangunan keluarga dalam rangka mendukung keluarga mampu melaksanakan fungsinya secara optimal," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat