kievskiy.org

Anomali Cuaca, Produksi Kopi Bandung Barat Menurun Namun Harganya Naik

PETANI memilah kopi yang siap panen di perkebunan kopi rakyat di Desa Jambudipa, Kecamatan CIsarua, Kabupaten Bandung Barat, Minggu 13 Mei 2018. Petani berharap panen raya kopi tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang kurang maksimal akibat faktor cuaca.*
PETANI memilah kopi yang siap panen di perkebunan kopi rakyat di Desa Jambudipa, Kecamatan CIsarua, Kabupaten Bandung Barat, Minggu 13 Mei 2018. Petani berharap panen raya kopi tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang kurang maksimal akibat faktor cuaca.*

NGAMPRAH, (PR).- Anomali cuaca yang terjadi saat ini berdampak terhadap menurunnya produksi kopi di Kabupaten Bandung Barat. Namun hal itu setidaknya menaikan harga kopi di tingkat petani.

Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia Kabupaten Bandung Barat Kurnia Danumihardja mengungkapkan, jenis kopi greenbean saat ini Rp 75.000 per kilogram, meningkat dari sebelumnya Rp 70.000/kg. Sementara itu, buah kopi ceri rata-rata dihargai Rp 10.000 per kilogram dari harga sebelumnya yang Rp 8.000 per kilogram.

"Selain itu, harga gabah sekarang juga Rp 28.000 per kilogram, naik dari sebelumnya Rp 26.000 per kilogram," ujar Kurnia, Senin 21 Mei 2018.

Diakui Kurnia, faktor cuaca buruk memengaruhi pembuahaan kopi, sehingga banyak bunga yang tidak jadi buah. Padahal, menurut dia, petani mulai panen kopi pada Mei ini, sedangkan puncak panen pada Agustus nanti.

Perda dan proteksi harga

Kurnia menambahkan, kendala yang sering ditemui dalam bisnis kopi ini di antaranya permainan broker, yakni pedagang besar yang langsung membeli kopi dari petani dengan harga rendah. Akibatnya, para petani kopi tidak bisa menikmati hasil ideal dari penjualan kopi tersebut.

Untuk itu, kata Kurnia, diperlukan adanya Perda yang mengatur tentang perdagangan kopi ini. "Jadi alangkah baiknya para 'buyer' besar pada saat membeli kopi harus melalui komunitas kopi dulu agar tidak merusak tatanan pasar," katanya.

Sementara itu, Ketua Gabungan Petani Kopi Kebun dan Hutan Indonesia Jawa Barat Thio Setiowekti sebelumnya mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat diminta untuk memproteksi harga kopi di tingkat petani. Sebab, sering kali harga kopi sangat rendah akibat adanya kartel di pasar global.

"Petani jelas ingin keadilan harga. Makanya, kami minta agar harga pokok produksi ditetapkan pemerintah agar terlindungi dari pasar bebas," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat