kievskiy.org

Cikapundung di Bandung Utara dalam Catatan Sejarah Seabad Lalu

NAMA Cikapundung yang merupakan salah satu ikon Bandung sebenarnya bukan hanya nama sungai, tetapi juga nama perkebunan kina yang didirikan pada zaman kolonial Belanda.

Nama Cikapundung pun erat kaitannya dengan nama lo­kasi hulu sungai, curug (sekarang Curug Dago), dan nama perkebunan yang berloksi di utara Bandung di jalur Maribaya Lembang-Ujungbe­rung.

Berdasarkan catatan Pikiran Rakyat, ikon kawasan Bukittunggul di utara Bandung, tepatnya di kawasan Ujungberung, yang dikenal sebagai hulu Sungai Cikapundung, juga diabadikan oleh pihak kolonial Belanda untuk nama perkebunan kina, yaitu Perkebunan Cikapundung.

Di kawasan tersebut, sebenarnya ada lima perkebunan kina yaitu Bukittunggul, Cikapundung, Cilongkrang, Gunung Kasur, dan Panglipur Galih.

Perkebunan Cikapundung, Perkebunan Panglipur Galih, dan Perkebunan Cilongkrang berdasar­kan buku Handboek Voor Cultuur en Handels-Onderne­mingen in Nederlandsch Indie yang di­susun JH Bussy terbitan Amsterdam tahun 1936 dikelola oleh Firma DM&C Watering.

Buku itu juga menyebutkan bahwa ada lima perkebunan kina di utara Bandung di sekitar Lembang dan Ujungberung (jalur Maribaya) yang merupakan hulu Sungai Ci­tarum.

Data sejumlah arsip dari Nationa­l Museum van Wereldcultu­ren-Tropenmuseum Belanda menunjukkan bahwa kawasan hulu Sungai Cikapundung ada di sekitar pegunungan Gunung Bukitunggul.

Kawasan tersebut merupakan lokasi yang indah dengan terdapat Curug Cikapundung yang merupakan hulu Sungai Cikapundung yang kemudian melintasi kawasan Dago dan ke pusat Kota Bandung.

Hancurnya perkebunan kina

Sejumlah arsip surat kabar yang dikumpulkan dari Koninklijke Bibliotheek Delpher Belanda mencatat sejumlah sejarah Perkebunan Cikapundung di zaman kolonial Belanda ataupun sampai awal Republik Indonesia tahun 1950-an.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat