BANDUNG, (PR).- PT Dirgantara Indonesia menyerahkan lima helikopter AKS dan satu pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) kepada Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Kamis 24 Januari 2019. Pesawat tersebut akan digunakan untuk memperkuat TNI Angkatan Laut.
Penyerahan pesawat untuk TNI AL didasarkan atas kontrak pemesanan pada 2013 dan 2014 lalu. Total pemesanan untuk helikopter jenis AKS yaitu 11 unit dan 2 unit pesawat CN235-220 MPA. Penyerahan pesawat telah dilakukan bertahap sejak beberapa tahun lalu.
“Dengan demikian, kami telah menyerahkan 10 helikopter AKS. Sisanya 1 helikopter akan diserahkan tahun ini dengan konfigurasi full anti kapal selam,” kata Dirut PT DI Elfien Guntoro di Hangar PT DI, Kota Bandung.
CN235-220
Elfien Guntoro mengatakan, pesawat CN235-220 MPA dapat digunakan untuk berbagai misi seperti patroli perbatasan dan Zona Ekonomi Eksklusif, pengawasan pencurian ikan dan pencemaran laut, pengawasan imigrasi dan perdagangan manusia, penyelundupan narkoba dan barang illegal, serta pencarian dan penyelamatan korban bencana.
Pesawat tersebut, kata Elfien Guntoro, memiliki beberapa keunggulan yakni dapat lepas landas dengan jarak yang pendek dan di landasan yang belum beraspal atau berumput, mampu terbang selama 10-11 jam dengan sistem avionik glass cockpit, autopilot, dan adanya winglet di ujung sayap agar lebih stabil dan irit bahan bakar.
![](https://static.pikiran-rakyat.com/public/medium/public/2019/01/ghDAKzDRrAdG1GMuuyl3U7diHMmZnkt8u9PcELUQ.jpeg)
Pesawat CN235-220 MPA memiliki 2 consoles, 360 derajat Search Radar yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 mil laut dan Automatic Identification System (AIS), sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi kapal sehingga dapat diperoleh posisi objek yang mencurigakan.
![](https://static.pikiran-rakyat.com/public/medium/public/2019/01/o3Q1Io1GM1Fd7BV9xhjCifBURa8qVT5mxLzqfzrL.jpeg)
Pesawat CN235-220 MPA dilengkapi IFF (Identification Friend or Foe) Interrogator dan Tactical Computer System, sistem identifikasi yang dirancang untuk mengetahui pesawat lawan atau kawan yang terintegrasi ke dalam sistem komputer guna menganalisa dan menentukan strategi operasi.