BANDUNG, (PR).- Perum DAMRI Cabang Bandung mulai melakukan metode bayar tarif nontunai. Dalam tahap awal diujicoba 15 DAMRI yang menerima pembayaran elektronik dengan rute Dipatiukur-Jatinangor dan Elang-Jatinangor.
“Sekarang semua inginnya serba mudah, praktis, bagaimana caranya bisa melayani penumpang dengan baik, karena selama ini penumpang harus mengeluarkan uang dan harus kembali, kan repot juga. Tetapi dengan cara nontunai ini kan orang tidak harus memikirkan itu,” kata Asisten Manager Pemasaran dan Pengembangan Usaha Perum DAMRI Cabang Bandung Kusmaya, di Bandung, Selasa, 29 Januari 2019.
Ia mengatakan, dengan diterapkannya metode bayar nontunai diharapkan dapat mempermudah monitoring dan menekan masalah kebocoran. Selain mempermudah pengguna layanan DAMRI, transaksi elektronik bisa menyempurnakan sistem pengelolaan tarif yang akuntabel dan transparan.
“Dengan adanya ini minimal kita mengurangi, bisa menekan kebocoran karena langsung terkirim ke bank. Selama ini pengawasan masih manual. Nah, mudah-mudahan dengan cara ini semua pendapatan bisa langsung terkumpul melalui jasa perbankan," ujarnya.
Dalam pembayaran nontunai ini, penumpang tinggal memindai kode palang yang tertempel di bagian dalam bus menggunakan telepon pintar. Uji coba telah dilakukan di Dipatiukur-Jatinangor yang termasuk jalur padat penumpang mahasiswa. Cara itu dipilih agar sosialisasi bisa lebih mudah. Dalam waktu dekat akan bertambah menjadi 33 DAMRI untuk kedua rute tersebut.
Per hari rata-rata 26 ribu penumpang. Ritase paling pendek ada di trayek Elang-Jatinangor dengan 6 ritase, sementara terbanyak dimiliki trayek Cibiru-Kebonkalapa dengan 10 ritase. Oleh karena itu, trayek Kebonkalapa-Cibiru mencatatkan jalur paling ramai dengan 3.200 penumpang per hari, yang didukung armada terbanyak yakni 18 bus.
Jumlah penumpang paling sedikit dicatat trayek Leuwipanjang-Dipatiukur dengan 1.500 penumpang per hari. Trayek terpendek dicatat Leuwipanjang-Dipatiukur dengan jarak 11 kilometer, dan trayek terjauh dilayani trayek Kebonkalapa-Tanjungsari sepanjang 34 kilometer.
“Data penumpang kita trennya datar-datar saja, karena banyaknya persaingan, apalagi ada angkutan online. Jadi untuk tren penumpang stagnan, lah. Memang di DAMRI ini ada musim-musiman. Setiap bulan karakternya berbeda. Biasanya kalau ramai saat musim libur, lebaran, tahun baru, Natal. Tetapi Januari itu masuknya sepi,” tuturnya.
Oleh karena itu, kata dia, DAMRI Kota Bandung juga akan menyediakan 30 unit bus dengan fasilitas wifi gratis untuk menarik minat pengguna kendaraan pribadi beralih ke layanan bus DAMRI. Rute yang dilengkapi wifi gratis akan ditentukan kemudian.