kievskiy.org

Menggelorakan Semangat Kepahlawanan dengan Napak Tilas Bandung Lautan Api

NAPAK tilas memeringati Bandung Lautan Api diikuti peserta yang menyusuri empat lokasi penting dalam sejarah, pada Minggu, 24 Maret 2019. Rangkaian kegiatan Hari Bandung Lautan Api setiap tahunnya rutin diselenggarakan pengelola Museum Perjuangan Rakyat Jawa Barat bersama komunitas kesejarahan dan para pelajar.*/RETNO HERIYANTO/PR
NAPAK tilas memeringati Bandung Lautan Api diikuti peserta yang menyusuri empat lokasi penting dalam sejarah, pada Minggu, 24 Maret 2019. Rangkaian kegiatan Hari Bandung Lautan Api setiap tahunnya rutin diselenggarakan pengelola Museum Perjuangan Rakyat Jawa Barat bersama komunitas kesejarahan dan para pelajar.*/RETNO HERIYANTO/PR

“BERONDONGAN Mauser (senapan mesin) dan muntahan kanon dari tank-tank Inggris memporak-porandakan konsentrasi pasukan Republik. Meski pejuang Indonesia bahkan ada yang berhasil menaiki dan melumpuhkan tank, kekuatan mereka sangat tak sebanding dengan pasukan sekutu yang modern. Bombardir udara oleh Royal Air Force dari Angkatan Udara Inggris makin menghancurkan pasukan pejuang. Serangan itu baru berhenti ketika senja, saat para pejuang sudah mundur sampai di persimpangan Jalan Tegalega.”

Tubagus Adhi menuturkan itu dengan mengutip ulang cerita Priyatna Abdurrasyid yang tertuang dalam otobiografi Dari Cilampeni ke New York Mengikuti Hati Nurani: H Priyatna Abdurrasyid, karya Ramadhan K.H. Ia mengatakannya di Monumen Pertempuran Lengkong di pertigaan Taman Lengkong, Jalan Lengkong Besar Kota Bandung,  Minggu, 24 Maret 2019.

Kegiatan di monumen itu merupakan bagian dari Napak Tilas Jejak Peristiwa Bandung Lautan Api, yang diselenggarakan UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat. Sebuah rangkaian kegiatan Hari Bandung Lautan Api yang setiap tahunnya rutin diselenggarakan pengelola Museum Perjuangan Rakyat Jawa Barat bersama komunitas kesejarahan dan para pelajar.

Dari tahun ke tahun kegiatan, Napak Tilas Peristiwa Bandung Lautan Api dilakukan dengan konsep berbeda agar peserta tidak merasa bosan. Kegiatan dilaksanakan mulai dari menghadirkan para pelaku sejarah Bandung Lautan Api, kesaksian para pelaku sejarah, membersihkan stilasi atau tanda tempat terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, hingga menyusuri tempat atau front pertempuran.

“Seperti yang kita lakukan tahun ini. Dari sekitar 11 front pertempuran besar yang menjadi bagian dari peristiwa Bandung Lautan Api, hanya empat front yang kita kunjungi karena kondisi medan dan situasi Kota Bandung yang tidak memungkinkan,” ujar Tubagus Adhi.

Dari Museum Perjuangan sampai ke Bandung Timur

Dari Museum Perjuangan Rakyat Jawa Barat, rombongan yang sebagian besar mengenakan kostum atau pakaian ala pejuang masa lalu bergerak menuju Villa Isola (kini Bumi Siliwangi) di Jalan Dr. Setiabudhi Kota Bandung. “Pada saat Jepang  menyerah kepada sekutu, sebelum pasukan sekutu dari Divisi 23 pimpinan Mc. Donald masuk ke Kota Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945, tentara Jepang melucuti senjata para pejuang dan bersama senjata mereka disembunyikan di bungker Villa Isola, hingga terjadi pertempuran sangat dahsyat,” ujarnya.

Selain mengunjungi Villa Isola, rombongan juga mengunjungi Front Fokker Weg (sekarang Jalan Garuda). Di lokasi yang kini berada di persimpangan Jalan Garuda-Jalan Sudirman, peserta mendapatkan cerita sangat menarik. Di sanalah, para pejuang dan rakyat melakukan pertempuran selama tiga hari tiga malam pada tanggal 21 hingga 23 Maret 1946, hingga akhirnya tentara Sekutu membombandir kawasan tersebut.

Sementara di Front Lengkong, peserta disuguhkan cerita heroik yang juga mengerikan akibat pertempuran pada 2 Desember 1945. Kala itu, mayat-mayat pejuang tidak hanya bergeletakan di jalanan karena ditembaki senapan mesin, tapi juga di atas pepohonan karena terkena mortar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat