kievskiy.org

Angka Pengangguran di Jabar Ditargetkan Turun 1 Persen pada 2023

PENCARI kerja.*/DOK. PR
PENCARI kerja.*/DOK. PR

BANDUNG,(PR).- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat menargetkan angka pengangguran di Jawa Barat menyentuh angka 7 persen dari jumlah angkatan kerja di Jabar pada 2023. Saat ini, di Jabar angka pengangguran terbuka mencapai 8 persen lebih atau 1,85 juta jiwa. Upaya tersebut akan dimulai pada tahun 2019 ini dengan penurunan di angka 7,9 persen dari jumlah angkatan kerja di Jabar yang mencapai 22,63 juta jiwa.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Mochamad Ade Afriandi mengatakan, posisi awal angka pengangguran saat ini di angka 8 persen, dan pihaknya menargetkan penurunan menjadi 7 persen sesuai dengan target RPJMD 2018-2023. Jumlah tersebut setara dengan ratusan ribu pengangguran di Jabar.

"Adapun upaya kami antara lain memperluas kesempatan kerja dan peluang usaha dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Kami sendiri harus meningkatkan kapasitas dan keterampilan angkatan kerja yang berbasis digital dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan pasar dan mengembangkan inkubator bisnis," kata Ade, Selasa, 26 Maret 2019.

Diakui dia, saat ini pihaknya menghadapi isu bonus demografi, era digitalisasi, serta revolusi industri 4.0. Untuk menghadapi 3 tantangan ketenagakerjaan di tengah kemajuan ekonomi digital pihaknya perlu meningkatkan kualitas pendidikan, menyesuaikan kompetensi pekerja dengan kebutuhan pemberi kerja (link and match), dan membenahi produktivitas dan daya saing pekerja. 

Sementara itu, Sekeretaris Daerah Iwa Karniwa mengatakan, meningkatnya jumlah angkatan kerja di Jabar berpengaruh pada meningkatnya jumlah pengangguran saat ini meningkat menjadi 1,85 juta orang pada akhir 2018 lalu. Tren ketenagakerjaan di Jawa Barat selama empat tahun terakhir menunjukkan  bahwa  jumlah angkatan kerja maupun penduduk yang bekerja cenderung terus naik. 

Pada tahun 2018 angkatan kerja di Jabar sebanyak 22,63 juta dan penduduk yang bekerja menjadi 20,78 juta. Hal ini menimbulkan persoalan ketenagakerjaan karena ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Menurut Iwa, hasil proyeksi penduduk pada 2010-2035 menunjukkan Indonesia kini memasuki era bonus demografi yang puncaknya diperkirakan terjadi pada 2028-2030. "Seperti  sudah kita ketahui bersama, angkatan kerja usia produktif setiap tahun naik, bahkan nanti  anak muda akan mendominasi, oleh karena itu anak muda harus memiliki daya saing  agar tidak menjadi beban bangsa," ucap dia.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat