kievskiy.org

BSB dan Lapas Jelekong Kolaborasi Tangani Sampah Secara Terpadu

DIREKTUR Bank Sampah Bersinar Fei Febri didampingi Kepala Seksi Pembinaan Bina Anak Nuryanto menyerahkan tong sampah simbolis kepada warga binaan di Lapas Narkotika Jelekong, Kabupaten Bandung, Senin, 24 Juni 2019. Prosesi tersebut menandai nota kesepahaman kerjasama BSB dan Lapas Jelekong dalam pengelolaan sampah terpadu.*/HANDRI HANDRIANSYAH/PR
DIREKTUR Bank Sampah Bersinar Fei Febri didampingi Kepala Seksi Pembinaan Bina Anak Nuryanto menyerahkan tong sampah simbolis kepada warga binaan di Lapas Narkotika Jelekong, Kabupaten Bandung, Senin, 24 Juni 2019. Prosesi tersebut menandai nota kesepahaman kerjasama BSB dan Lapas Jelekong dalam pengelolaan sampah terpadu.*/HANDRI HANDRIANSYAH/PR

PERMASALAHAN sampah merupakan tanggung jawab semua orang. Soalnya tak memandang jenis kelamin, profesi, jabatan dan titel apapun, setiap individu pasti memproduksi sampah.

Tidak terkecuali juga dengan para warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jelekong, Kabupaten Bandung. Setiap hari, sebanyak 1.388 penghuni lapas tersebut memproduksi sampah sampai delapan gerobak setiap hari.

"Kami belum menghitung secara pasti volumenya. Namun kalau diperkirakan mungkin ada sekitar empat meter kubik setiap hari," ujar Kepala Lapas Jelekong melalui Kepala Seksi Pembinaan Bina Anak Nuryanto seusai penandatanganan nota kesepahaman terkait pengelolaan sampah dengan Bank Sampah Bersinar (BSB) di Lapang Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Senin, 24 Juni 2019.

Sebelumnya, kata Nuryanto, penanganan sampah di Lapas Jelekong hanya mengandalkan kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung. Kerjasama tersebut sebatas jasa pengangkutan yang dilakukan oleh Dinas LH.

Menurut Nuryanto, Dinas LH sendiri memiliki keterbatasan kapasitas pengangkutan sampah yang hanya bisa dilakukan sekali atau dua kali dalam sepekan. Akibatnya, sampah sering menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap di lingkungan lapas.
 

Selain itu, Lapas Jelekong setiap bulan harus mengeluarkan biaya sampai Rp 2,4 juta per bulan untuk jasa pengankutan tersebut. Hal itu lah yang kemudian melatarbelakangi Lapas Jelekong untuk mulai melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah yang lebih teratur dengan membentu Kelompok Kerja (Pokja) Pengelolaan Sampah.

Staf sekaligus Ketua Pokja Pengelolaan Sampah Lapas Jelekong Ramdhan membenarkan hal itu. Namun ia melansir bahwa pengeluaran Lapas untuk jasa pengangkutan sampah berkurang hingga setengahnya setelah pihaknya menerapkan sistem pemilahan sampah oleh seluruh warga binaan.

Ramdhan berharap, kerjasama dengan BSB sendiri nantinya bisa membuat sampah yang tadinya tak bernilai dan membuat pemandangan serta aroma tak sedap, justru bisa bernilai guna dan bermanfaat ekonomis bagi warga binaan. "Setidaknya tidak akan ada lagi tumpukan sampah di lapas ini dan keterampilan mengelola sampah ini akan menjadi modal bagi warga binaan setelah kembali ke dunia luar," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat