BANDUNG, (PR).- Pengungsi korban tragedi kemanusiaan di Wamena, Papua, memerlukan bantuan bahan pangan, makanan dan pakaian bayi, obat-obatan, selimut, pakaian, serta hygiene kit. Mereka, khususnya anak-anak, juga memerlukan pendampingan psikososial.
Chief Executive Officer (CEO) Rumah Zakat, Nur Efendi, mengemukakan hal itu pada Pelepasan Tim Relawan Rumah Zakat untuk Pengungsi Wamena, di Kantor Pusat Rumah Zakat, Jalan Turangga, Bandung, Senin 30 September 2019. Persoalan lain yang terjadi di Wamena, menurut dia, adalah sulitnya akses transportasi.
"Kebutuhan pangan yang paling mendesak di antaranya adalah lauk-pauk. Untuk makanan berat, seperti beras dan mie instant diperkirakan masih cukup untuk kebutuhan 4-5 hari ke depan," katanya.
Kebutuhan lainnya yang tak kalah mendesak berdasarkan informasi relawan Rumah Zakat adalah pakaian bayi dan pakaian dalam wanita. Hal itu dimungkinkan terjadi karena saat mengungsi umumnya warga Wamena hanya membawa baju yang menempel di badan.
"Harta benda mereka sudah terbakar. Saat ini pun kondisi di sana belum bisa dikatakan kondusif," tuturnya.
Menurut dia, berdasarkan laporan terakhir, korban meninggal akibat tragedi kemanusiaan tersebut mencapai 33 orang dan 84 orang luka-luka. Jumlah pengungai mencapai 7.278 orang dan eksodus mencapai 2.589 orang.
"Banyak warga pendatang yang ingin eksodus, tapi terkendala akses transportasi yang minim. Mereka hanya mengandalkan penerbangan reguler dan pesawar Hercules," ujar Efendi.
Wamena bisa diakses sekitar satu jam melalui sarana transportasi udara. Akses lain adalah melalui jalur darat yang membutuhkan waktu sekitar 2-5 hari dan tidak direkomendasikan, mengingat situasi belum sepenuhnya kondusif.
"Otomatis satu-satunya akses yang bisa diandalkan hanya melalui udara," katanya.