kievskiy.org

Ridwan Kamil Belum Menerima Permintaan Mengungsi dari Warga Jabar yang Tinggal di Wamena

PRAJURIT TNI melakukan patroli keamanan di Wamena, Papua, Senin, 30 September 2019. TNI dan Polri melakukan patroli untuk membantu memulihkan situasi keamanan Wamena pascaaksi yang berujung anarkis.*/ANTARA FOTO
PRAJURIT TNI melakukan patroli keamanan di Wamena, Papua, Senin, 30 September 2019. TNI dan Polri melakukan patroli untuk membantu memulihkan situasi keamanan Wamena pascaaksi yang berujung anarkis.*/ANTARA FOTO

BANDUNG,(PR).- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berkordinasi dengan pemerintah pusat guna memastikan jumlah warga Jawa Barat terdampak akibat kerusuhan di Wamena, Papua. Saat ini, sebanyak 32 korban jiwa melayang dan 3.225 orang mengungsi akibat situasi yang tidak kondusif di sana.

"Kita memonitor melalui pemerintah pusat karena tupoksi keamanan pertahanan itu ada di pemerintah pusat. Saya hanya akan mengkoordinasikan mudah-mudahan tidak ada warga berikutnya yang terluka atau meninggal dunia," ujar Ridwan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin, 30 September 2019.

Ridwan mengatakan, pihaknya memang belum mendapatkan data warga Jabar yang terdampak karena mencarinya susah dan tidak sesederhana itu. "(Permintaan ngungsi?) Belum ada baru meminta doa dan memohon ada penguatan masuk ke IG saya," ucap dia.

Diakui dia, khususnya warga Jabar, secara informal dia melakukan komunikasi dengan berbagai pihak di sana. Sementara ini warga Jabar di sana masih aman terkendali.

"Tapi saya akan memohon khusus agar TNI Polri bisa memaksimalkan pengkondisian kondusifitas di sana. Bagaimana pun saya pernah ke Wamena saya pernah diangkat sebagai anak adat di sana. Saya dulu ada prosesi menanam pohon di rumah adat. Jadi ada hubungan emosional khusus untuk Wamena. Mudah-mudahan saya doakan bisa kembali pulih," tutur dia.

Menurut Ridwan, kunci terakhir terkait peristiwa di Wamena, dia mengajak semua pihak berdialog, termasuk semua urusan hari ini, seperti demo dari mahasiswa yang terjadi di mana-mana. "Menurut saya kuncinya mari kita dialog. Apa sih maunya, kalau kemauannya masih dalam koridor hukum saya kira tidak ada masalah. Tapi kalau kemauannya diekspresikan melawan atau melewati aturan hukum itu yang jadi masalah. Ini saya renungkan dinamika hari ini perlu ruang-ruang dialog yang tidak harus formal," ujar dia.

Dilansir dari Antara, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyebutkan jumlah pengungsi di Jayapura, Papua akibat kerusuhan di Wamena saat ini mencapai sebanyak 3.225 orang. "Saya sampaikan kalau keadaan di Wamena sendiri sudah kondusif, namun masyarakat non-Papua kan masih trauma," katanya, saat konferensi pers, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin, 30 September 2019.

Menurut Wiranto, perasaan trauma bagi warga Papua pendatang itu sesuatu yang wajar dan manusiawi setelah kerusuhan yang terjadi di Wamena. Akibatnya, kata dia, banyak para pendatang yang merasa tidak aman di Wamena, sehingga meminta diungsikan ke tempat aman di Jayapura, Papua.

Padahal, Wiranto menjelaskan, masyarakat Papua pendatang itu selama ini yang menjadi penggerak roda perekonomian daerah, baik di Papua maupun Papua Barat. "Jadi, bisa dibayangkan kalau mereka berbondong-bondong keluar dari Wamena, lalu siapa yang menggerakkan roda perekonomian di daerah itu," ujarnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat