kievskiy.org

Indonesia Kekurangan 9.000 Talenta Digital Setiap Tahun

DIREKTUR Wholesale and International Service PT Telkom, Edwin Aristiawan mendengarkan penjelasan dari salah seorang inovator terkait kreasi mereka yang dipamerkan dalam ajang Bandung ICT Expo di Kampus Telkom University (Tel-U), Kabupaten Bandung, Kamis, 24 Oktober 2019. Meski sudah banyak, namun Indonesia ternyata masih akan kekurangan sekitar 650.000 talenta digital sampai 2030.*/HANDRI HANDRIANSYAH/PR
DIREKTUR Wholesale and International Service PT Telkom, Edwin Aristiawan mendengarkan penjelasan dari salah seorang inovator terkait kreasi mereka yang dipamerkan dalam ajang Bandung ICT Expo di Kampus Telkom University (Tel-U), Kabupaten Bandung, Kamis, 24 Oktober 2019. Meski sudah banyak, namun Indonesia ternyata masih akan kekurangan sekitar 650.000 talenta digital sampai 2030.*/HANDRI HANDRIANSYAH/PR

SOREANG, (PR).- Indonesia diprediksi masih akan kekurangan sedikitnya 650.000 talenta digital hingga 2030 nanti. Hal itu tak lepas dari kondisi saat ini di mana kesenjangan antara kebutuhan dan suplai talenta digital mencapai 9.000 orang setiap tahun.

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Wholesale and International Service PT Telkom, Edwin Aristiawan, usai membuka Bandung ICT Expo di Kampus Telkom University (Tel-U), Kabupaten Bandung, Kamis, 24 Oktober 2019.

"Hal itu menjadi salah satu kendala Indonesia dalam menciptakan ekosistem ekonomi digital," ucapnya.

Menurut Edwin, potensi talenta digital di Indonesia sebenarnya sangat besar. Tak sedikit dari anak muda yang tidak mengenyam pendidikan tinggi, tetapi sangat lihai dalam membuat program digital.

"Banyak yang tidak kuliah, tetapi mereka pintar dalam coding program. Selain itu, banyak juga yang sudah bisa membuat program dan menginisiasi ekosistem digital, tetapi belum sampai ke ekosistem ekonomi digital, belum bisa menghasilkan uang dari ekosistem digital tersebut," kata Edwin.

Hal itu dilansir Edwin sebagai potensi besar bagi Indonesia untuk memperbanyak talenta dan menjadi salah satu negara yang kuat dalam ekonomi digital. Terlebih di negara ini potensi pasar ekonomi digital sangat besar.

Perubahan adaptasi teknologi

Potensi pasar itu, kata Edwin, bisa dilihat dengan perubahan perilaku konsumen dari waktu ke waktu. Terutama perubahan dalam adopsi teknologi digital.

Menurut Edwin, pada 2019 konsumsi data digital di Indonesia sudah mencapai 6,3 gigabite per kapita. Jumlah itu mengalami lonjakan tajam dari sebelumnya hanya 1,7 gigabite per kapita pada 2015.

Pada 2025, konsumsi data digital masyarakat Indonesia bahkan diprediksi mencapai 37,9 gigabite per kapita. Hal itu didukung pula oleh sebaran pengguna internet yang sudah mencapai 50 persen dari total penduduk negeri ini di rata-rata mengkases internet selama 8 jam 51 menit setiap hari.

"Indonesia juga tercatat sebagai pengguna pasar digital Facebook nomor 3 di dunia dengan penetrasi penggunaan smarphone mancapai 60 persen. Selain itu, konsumen e-commerce sudah mencapai 40 persen." ucapnya.

Digitalisasi ekonomi

Hal itu diakui juga oleh Deputi Komisioner OJK Institute dan Keuangan Digital pada Otoritas Jasa Keuangan, Sukarela Batunanggar. Ia menilai bahwa saat ini perbankan konvensional pun tengah terancam oleh digitalisasi ekonomi.

"Masa depan keuangan dan perekonomian dikendalikan oleh lima faktor. Selain disrupsi teknologi, pengaruh kuat juga datang dari perubahan perilaku konsumen, regulasi pemerintah, model bisnis perbankan dan munculnya pemain baru berupa layanan keuangan digital atau financial technology (fintech)," kata Sukarela.

Tumbuh suburnya fintech, diakui Sukarela, menjadi salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tak heran jika Indonesia menempati ranking ke-4 Asia Pasific dan ranking ke-16 dunia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik pada 2018.

Jika mampu memanfaatkan potensi yang ada dan terus menumbuhkan talenta digital, Indonesia bahkan diprediksi bisa menempati ranking 4 hingga 7 dunia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik pada 2030. Hal itu sangat mungkin karena Indonesia memiliki bonus demografi yang bisa menjadi senjata ampuh untuk merealisasikan prediksi tersebut.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat