PIKIRAN RAKYAT – Pemerintah dan warga Kota Bandung masih memiliki pekerjaan besar dalam menuntaskan masalah buang air besar (BAB) sembarangan.
Melibatkan 200.000 keluarga, praktik tidak sehat ini ditaksir menghasilkan 5 ton tinja yang dibuang ke selokan atau sungai setiap harinya.
Ketua Forum Bandung Sehat (FBS) Siti Muntamah menyatakan, perilaku BABS yang demikian masif berhubungan erat dengan masalah stunting yang juga masih mendera Kota Bandung.
Baca Juga: Peneliti: Durian Bisa Jadi Sumber Energi Pengisi Daya Baterai Ponsel
Lingkungan yang tercemar memengaruhi 1.000 hari pertama kehidupan bayi.
Berdasarkan dokumen Profil Kesehatan Kota Bandung 2018, dari 132.901 balita yang ditimbang, 10.048 balita atau 7,56 persen di antaranya menderita stunting. Perinciannya, sebesar 1,49% atau 1.984 balita berstatus sangat pendek dan 6,07% atau 8.064 balita berstatus pendek.
Menurut Siti, penyelamatan anak-anak Kota Bandung dari ancaman stunting harus dilakukan salah satunya dengan mencapai target 100 persen ODF (open defecation free atau bebas BABS) secepat mungkin. Pemerintah tidak bisa melakukannya sendirian. Masyarakat harus terlibat.
“Jadi selain didorong oleh pemerintah, kita juga harus inisiatif secara pribadi,” katanya, dikutip dari rilis Humas Kota Bandung, kemarin.
Saat ini baru tujuh kelurahan di Kota Bandung yang ditetapkan 100 persen ODF. Ratusan kelurahan lain membutuhkan tindakan cepat, terutama berupa pembuatan tangki septik komunal. Selama ini keterbatasan lahan menjadi kendala utamanya.