/photo/2020/04/21/3418317122.jpg)
PIKIRAN RAKYAT -"Aya bahan nyangu keusik ieu mah,(bisa-bisa masak nasi dari pasir)," ujar seorang pria berseloroh, diikuti senyum miris sejumlah pria lainnya.
Kalimat sederhana itu terlontar di sela-sela padatnya makam di TPU Sirnaraga Kota Bandung, Senin 20 April 2020 siang.
Mereka yang tengah berkumpul adalah sejumlah kepala keluarga yang menggantungkan hidup dari kompleks makam tersebut. Profesinya beragam, mulai petugas kebersihan swadaya, hingga juru parkir.
Baca Juga: Miskin dan Menganggur, Carli yang Mengurus Anak Lumpuh Tidak Dapat Bantuan Pemerintah
Sementara selorohan itu berkaitan dengan sepinya pengunjung makam, sebagai imbas pandemi corona. Padahal beberapa hari sebelum masuk Ramadan seperti saat ini biasanya menjadi waktu "marema" bagi mereka.
"Biasanya satu atau dua minggu sebelum puasa sudah ramai," kata Wawa (66), yang biasanya bertugas membersihkan makam.
Dia mengaku bahwa kondisi sepi seperti sekarang jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sepinya peziarah berarti pula sepinya pendapatan. Sebagai pembersih makam, dia mengandalkan pemberian dari para peziarah.
Baca Juga: PRAKIRAAN CUACA HARI INI: 21 April 2020, Bandung Hujan dari Siang hingga Malam Hari
"Bingung ini juga, usaha sudah, tapi memang lagi begini, sepi," katanya.
Sebagai pembanding, pada masa "marema" tahun lalu dia bisa membawa pulang yang hingga ratusan ribu setiap hari. Sementara saat ini, angkanya jauh di bawah. Siang itu, Wawa mengaku baru mendapatkan Rp 10.000.