kievskiy.org

Curhatan Pasien Covid-19 Sebelum Kabur, Ingat Keluarga yang Membutuhkannya di Rumah

Aktivitas pasien isolasi Covid-19 di BLK Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.*
Aktivitas pasien isolasi Covid-19 di BLK Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.*

PIKIRAN RAKYAT – Terpisah jauh dengan keluarga, sementara ia seorang kepala keluarga, diduga merupakan salah satu faktor yang mendorong sejumlah pasien indikasi Covid-19 untuk melarikan diri dari tempat isolasi.

Termasuk pada pasien Covid-19 di Kabupaten Bandung yang melarikan diri dari tempat isolasi.

Sebut saja IS yang diduga melarikan diri dari RS Al Ihsan dan menemui sang istri di Desa Banjaran, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Rabu 29 April 2020 malam.

Baca Juga: Mendadak Hilang Saat Jadi Tahanan Politik, Jurnalis Pakistan Ditemukan Tewas di Sungai

Ternyata, ia bukanlah satu-satunya pasien yang kabur saat menjalani isolasi.

Adalah Ah, pasien isolasi di Balai Latihan Kerja (BLK) Manggahang, Kecamatan Baleendah yang juga kabur dari tempat itu pada Jumat 1 Mei 2020 dini hari.

"Ah menempati kamar di sebelah saya selama isolasi di sini," ujar Riki, salah seorang pasien Covid-19 yang juga menjalani isolasi mandiri di BLK Manggahang.

Menurut Riki, rekannya, Ah diduga kabur dari sekitar pukul 00.30 WIB dengan meloncati jendela belakang kamarnya. Namun Ah baru dipastikan kabur ketika petugas menemukan ia sudah tak ada di kamar tersebut pada pukul 10.30 WIB.

Baca Juga: Fasilitasi Pekerja Kreatif Kemampuan Berbahasa Inggris, Kemenparekraf Gelar Kursus Online

Sebagai sesama pasien yang harus menjalani isolasi, Riki mengaku sangat menyayangkan kejadian tersebut.

Apalagi selama ini ia juga selalu menyayangkan masyarakat yang masih sering keluar rumah di saat pemerintah mengimbau untuk tetap tinggal di rumah demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

"Saya sendiri ketika pertama kali dinyatakan positif, malah terbalik langsung 'kabur' dari rumah ke puskesmas tanpa dijemput oleh tenaga kesehatan. Saya pamit kepada keluarga untuk menjalani isolasi mandiri, karena sayang kepada keluarga. Saya yakin dengan isolasi mandiri saya bisa melawan virus ini sendiri," tutur Riki.

Baca Juga: Cetar Edisi 11: Jangan Egois saat Berdoa

Meskipun demikian, Riki kemudian sempat merenung dan mengingat sejumlah curhatan Ah selama menjalani isolasi di tempat itu.

Menurut Riki, beberapa hari terakhir Ah memang sempat terlihat gusar karena mengkhawatirkan kondisi keluarganya di rumah.

"Bagi pasiennya sendiri seperti Ah dan saya, tempat isolasi di sini sangat nyaman. Selain itu dukungan dari semua pihak, termasuk para petugas medis di sini sangat baik sehingga semakin memotivasi saya untuk segera sembuh. Namun kondisi keluarga yang ditinggalkan berbeda-beda," kata Riki.

Baca Juga: Di Tengah Pandemi COVID-19, Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dapat Insentif Pajak

Riki menambahkan, ia pun mendapat kabar dari sang istri bahwa kondisi keluarganya hingga saat ini belum didata sebagai warga terdampak Covid-19. Beruntung kondisi ekonomi keluarganya saat ini masih cukup untuk bisa bertahan.

"Saya juga tidak tahu kalau saya harus lama berada di sini, keluarga saya mau makan apa. Mungkin itulah yang menjadi pemikiran Ah sampai nekat kabur dari tempat isolasi," tutur Riki.

Oleh karena itu, Riki berharap agar pemerintah dan masyarakat umum untuk memberi perhatian kepada keluarga pasien Covid-19, bukan justru mengucilkan mereka.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat