kievskiy.org

Teori Konspirasi Liar Dora The Explorer: Anak Down Syndrome hingga Skizofrenia

Siapa sangka, dibalik keseruan kisah petualangan Dora menyimpan teori-teori yang mencengangkan.
Siapa sangka, dibalik keseruan kisah petualangan Dora menyimpan teori-teori yang mencengangkan. /Nick Jr.

PIKIRAN RAKYAT – Dora The Explorer telah berhasil menghibur sekaligus menemani masa-masa indah anak-anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Dora The Explorer tayang sejak tahun 2000-an awal di Indonesia. Kartun ini adalah sebuah serial yang dibuat oleh Nickelodeon dengan dialog ikoniknya seperti, "Swiper jangan mencuri!" dan banyak lagi.

Di balik petualangan seru dan keceriaan Dora yang menggemaskan, ada beberapa teori konspirasi yang dipercaya sebagai kebenaran kisah petualangan Dora. Setidaknya, ada tiga teori kelam yang melatarbelakangi kisah petualangan seru dari Dora.

Pertama, Dora dipercaya sebagai seorang anak yang mengalami Down Syndrome dan hidrosefalus.

Baca Juga: Teori Konspirasi Kartun Spongebob Squarepants: Dari Dosa Hingga Ledakan Nuklir

Baca Juga: Teori Konspirasi Gelap di Balik Kisah Seru Upin dan Ipin

Kedua kondisi inilah yang membuat Dora digambarkan memiliki kepala dengan bentuk yang unik juga besar.

Selain kondisi fisik dan mental yang menjadi teori kartun Dora, kebiasaan bertanya sebanyak tiga kali yang dilakukan Dora juga disebabkan karena keadaan mental Dora.

Dipercaya, Dora mengidap ADHD klasik yang menyebabkan dirinya tidak bisa fokus.

Selain itu, kondisi ADHD ini membuat Dora sulit mengingat petunjuk arah yang dikatakan oleh sang peta kepadanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat