PIKIRAN RAKYAT - Berdasarkan pengamatan BMKG, curah hujan sudah mulai kurang dari 50 mm dalam dasarian terakhir. Hal itu berarti telah masuk awal musim kemarau.
Masyarakat perlu tetap waspada akan kemungkinan bencana hidrometereologi dan efek pada kondisi tubuh atas perubahan suhu yang signifikan.
Pancaroba menuju kemarau sudah terjadi pada awal Juli 2022. Namun, curah hujan di Kota Bandung dan sekitarnya masih signifikan. Istilah atas keadaan itu, yakni kemarau basah.
Staf data dan Informasi BMKG Kota Bandung, Yuni Yulianti menjelaskan, tiupan angin muson Australia (muson timur) yang dominan, serta posisi Matahari mulai bergerak ke arah utara turut menandai kemarau basah.
Baca Juga: Jin Bertanduk Bersarang di Tengkuk Ruben Onsu, Nyawa sang Presenter Diterawang Sedang Dipertaruhkan
"Suhu pada pagi sudah mulai dingin, antara 17,4-19 derajat Celsius akibat angin tersebut membawa udara kering dan dingin. Namun, saat siang cukup terik," ucap Yuni, Senin 4 Juli 2022 seperti dilaporkan kontributor “PR” Satira Yudatama.
Tutupan awan, ucap Yuni, juga sudah mulai berkurang. Alhasil, panas matahari lebih cepat dilepaskan.
Namun berdasarkan pengamatan, kondisi dinamika atmosfer laut masih hangat.
"Suhu permukaan laut masih cukup hangat, sehingga masih menyuplai uap air yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan awan hujan. Lantaran demikian, di sebagian wilayah Jawa Barat termasuk Kota Bandung kerap terjadi hujan saat sore menjelang malam," katanya.