kievskiy.org

Sewaka dan Sekolah Amtenar di Bandung Tempo Dulu

Siswa Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Bandung pada 1903.
Siswa Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Bandung pada 1903. /Tangkapan layar Digital Collections Leiden University Libraries

PIKIRAN RAKYAT - Jauh sebelum ada Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Bandung pernah memiliki sekolah khusus untuk para calon amtenar atau pegawai pemerintah di masa pemerintahan kolonial Belanda. Alumninya juga ada yang ikut dalam perjuangan kemerdekaan negeri ini.

Nasionalisme dan mimpi kemerdekaan ternyata tak hanya menjalar di kalangan siswa kedokteran School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) di Batavia yang dikenal sebagai pelopor pergerakan nasional. Nasionalisme juga berjangkit di kalangan pelajar sekolah para kandidat pegawai negeri, Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA). Sewaka, mantan Gubernur Jabar di masa perjuangan kemerdekaan itu masih bisa mengingat bagaimana rasa cinta Tanah Air itu tumbuh di OSVIA. Ya, Sewaka memang lulusan sekolah tersebut.

Meskipun para siswa tinggal di asrama dan diawasi direktur sekolah, tak menghalangi benih nasionalisme di masa kekuasaan kolonial tumbuh di OSVIA. Benih itu tumbuh justru pernyataan direktur sekolah sendiri yang sering mempergunakan istilah, politik. "Djustru karena perkataan politik itu sering dipergunakannja, maka banjak dari murid2 jang berusaha untuk dapat mengetahui rti perkataan itu jang sebenarnja," tulis Sewaka dalam bukunya, Tjorat-Tjaret dari djaman ke djaman.

Baca Juga: Dahsyatnya Letusan Gunung-Gunung di Tatar Priangan Tempo Dulu

Pengertian tentang politik akhirnya diperoleh dari Tjipto Mangoenkoesoemo, salah satu pejuang perintis kemerdekaan. Saban hari minggu yang telah ditetapkan dan di tempat tertentu, tutur Sewaka, Tjipto menyampaikan sekadar pengertian tentang arti kata politik bagi murid-murid kelas penghabisan OSVIA. Benih nasionalisme juga muncul setelah brosur, "Alk ik een Nederlander was" yang mengkritik pemerintah kolonial dan ditulis Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) menyusup diam-diam ke asrama sekolah.

Benih nasionalisme itu juga tumbuh pada diri Sewaka yang tamat dari OSVIA pada Oktober 1915. Ia terjun dalam perjuangan kemerdekaan hingga sempat menjadi Gubernur Jabar yang mengungsi saat Agresi Militer Belanda pecah, 21 Juli 1947. Setelah lulus sekolah, Sewaka juga menjadi Ketua Cabang Indramayu dari Oud Osvianen Bond (OOB). Organisasi tersebut merupakan perkumpulan para pegawai pemerintah lulusan Osvia. "O.O.B. Ini dibentuk sedjak tahun 1917, jang pusatnya berkedudukan di Bandung dengan Soetardjo sebagai Ketua. Tujuannya memperdjoangkan rechtspositie, sedang anggautanja meliputi seluruh Indonesia."

Dalam bukunya, Sewaka tak menjelaskan ia bersekolah di OSVIA mana. Soalnya, ada beberapa sekolah calon amtenar itu di Hindia Belanda. Namun dari penelusuran buku Gedenkboek M.O.S.V.I.A. 1879-1929, terdapat nama Sewaka dalam lampiran para mantan siswa OSVIA Bandung. Riwayat sekolah itu juga muncul dalam buku tersebut. Pemerintah membuka sekolah tersebut di Bandung, Magelang, dan Probolinggo pada 1878.

Baca Juga: Perkumpulan dan Kompetisi Sepak Bola Tionghoa di Bandung Tempo Dulu

Untuk OSVIA Bandung, keputusan pendirian dan pemberian izinnya berlangsung pada 30 Maret 1878. "Sekolah ini resmi dibuka pada tanggal 29 Desember 1879 oleh Residen Kabupaten Preanger. Sore harinya diadakan pesta besar-besaran di rumah bupati," tulis buku tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat