kievskiy.org

Cerita Banjir Sungai Cikapundung Bandung Tahun 1945, Diduga akibat Ulah Tentara Sekutu

Foto tangkapan layar suasana banjir di Hindia Belanda pada 1925.
Foto tangkapan layar suasana banjir di Hindia Belanda pada 1925. /Universiteit Leiden

PIKIRAN RAKYAT Banjir akibat luapan Sungai Cikapundung menerjang kawasan Braga, Kota Bandung, Kamis, 11 Januari 2024. Peristiwa itu bukan kali pertama terjadi. Air bah Cikapundung juga pernah terjadi puluhan tahun lalu. Peristiwa tersebut bahkan ditengarai terjadi akibat sabotase.

Banjir besar yang terjadi pada 25 November 1945 malam itu mengubah kawasan Lengkong, Sasakgantung, Banceuy, dan Balubur di Kota Bandung menjadi telaga. "Lalu lintas mengalami kemacetan, karena jalan-jalan penuh kotoran, dan pohon-pohon tumbang terbawa air bah," tulis RJ Rusady W dalam bukunya, "Tiada Berita Dari Bandung Timur 1945-1947".

Diduga ada ratusan orang yang menjadi korban dalam kejadian itu. Mereka hanyut terbawa arus luapan Cikapundung. Di tengah kondisi itu, bara revolusi kemerdekaan masih menyala di Bandung.

Pada 24 November 1945 atau sehari sebelum banjir, para pejuang serempak memadamkan aliran listrik di seluruh kota serta mengadakan serangan menyasar kedudukan pasukan Sekutu yang berpusat di bagian Bandung Utara, Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homan di selatan.

Sementara kala banjir terjadi, seorang serdadu Gurkha yang tengah berada di pos Hotel Savoy Homan dan Preanger dirampas senjatanya oleh pemuda sehingga menimbulkan kemarahan prajurit-praturit Gurkha lainnya "Mereka dengan membabi buta melapaskant tembakan-tembakan sehingga semakin menambah tegangnya keadaan."

Dugaan bendungan dibobol

Pemuda Bandung marah betul atas peristiwa banjir itu hingga melakukan penyelidikan. "Ternyata para kaki tangan NICA dengan sengaja membobolkan bendungan yang ada di daerah Parongpong, Bandung Utara, untuk menciptakan banjir tersebut," tulis Rusady.

Para pemuda pejuang pun teringat taktik Waterlinie Belanda menghadapi Jerman dalam Perang Dunia II, yakni menenggelamkan daerah mereka untuk merintangi dan menghambat gerak maju tentara Jerman.

"Rupanya, ini mereka lakukan juga untuk menghadapi dan memperlemah serangan-serangan para pemuda pejuang kita yang bagi mereka tiada henti-hentinya," kata Rusady. Pembalasan pun dilakukan dengan penangkapan kaki tangan NICA dan orang-orang Indo Belanda yang dicurigai para pemuda pejuang. Peristiwa banjir Cikapundung juga muncul dalam buku, "Bandung Awal Revolusi 1945-1946" yang ditulis John R.W. Smail.

"Sungai Cikapundung, yang mengalir lewat pegunungan dan cukup kecil untuk lewat di bawah satu blok di tengah kota dalam sebuah terowongan mendadak luber menjadi satu-satunya banjir yang terjadi sepanjang sejarahnya," tulis Smail.

Dalam catatan Smail, banjir itu menghancurkan sekira 500 rumah dan menelan korban jiwa lebih dari 200 orang. Kondisi itu membuat kelompok pejuang melakukan aktivits penyelamatan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat