kievskiy.org

2.890 Kasus Stunting di Cimahi, Penurunan Prevalensi dari Hulu ke Hilir Sangat Dibutuhkan

Petugas kesehatan mengukur lingkar kepala balita saat pemeriksaan stunting pada anak dalam bakti kesehatan Akabri 91 di Denpasar, Bali, Sabtu (21/10/2023). Kegiatan tersebut merupakan bentuk kepedulian alumni Akabri 91 atas pengabdiannya selama 32 tahun untuk NKRI dengan menggelar bakti kesehatan yaitu pelayanan kepada 50 orang pasien stunting.
Petugas kesehatan mengukur lingkar kepala balita saat pemeriksaan stunting pada anak dalam bakti kesehatan Akabri 91 di Denpasar, Bali, Sabtu (21/10/2023). Kegiatan tersebut merupakan bentuk kepedulian alumni Akabri 91 atas pengabdiannya selama 32 tahun untuk NKRI dengan menggelar bakti kesehatan yaitu pelayanan kepada 50 orang pasien stunting. /Antara/Nyoman Hendra Wibowo

PIKIRAN RAKYAT - Kota Cimahi mengeklaim tingkat prevalensi stunting berada di bawah Provinsi Jawa Barat dan nasional. Meski demikian, Pemkot Cimahi memprioritaskan upaya percepatan penurunan tingkat prevalensi stunting Kota Cimahi.

"Diperlukan upaya yang sistematis, masif, dan kolaboratif dari semua pihak, bukan hanya dari sektor kesehatan saja. Dibutuhkan penanganan konkret dari hulu ke hilir untuk mencapai penurunan angka stunting dan zero new stunting di Kota Cimahi dan Jawa Barat,” ujar Pj Wali Kota Cimahi Dicky Saromi, Kamis, 1 Februari 2024.

Pemkot Cimahi menggelar Rapat Koordinasi Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Percepatan Penurunan Stunting Kota Cimahi Tahun 2024. Kegiatan menghadirkan jajaran Pemkot Cimahi, hingga perwakilan komunitas maupun organisasi masyarakat Kota Cimahi.

Stunting menjadi salah satu permasalahan yang harus diselesaikan guna mewujudkan Indonesia maju 2045. Pada tahun 2024, pemerintah menargetkan penurunan persentase stunting turun hingga 14 persen.

Berdasarkan data elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-Ppgbm) tahun 2023, data stunting di Kota Cimahi sebesar 9,4 persen atau sejumlah 2.890 balita dalam kondisi stunting.

Menurutnya, dibutuhkan sinergitas dan kolaborasi dari seluruh lapisan masyarakat untuk mempercepat penurunan tingkat prevalensi stunting di Kota Cimahi. “Untuk mengatasi stunting dengan efektif, diperlukan pendekatan holistik dan kolaborasi semua sektor. Meliputi peningkatan akses terhadap gizi berkualitas, pelayanan kesehatan yang baik, pendidikan gizi yang memadai dan kesadaran masyarakat," ujarnya.

Dicky menyebutkan, bahaya stunting tak hanya urusan kesehatan, tetapi juga berdampak terhadap sosial dan ekonomi.

"Anak stunting akan mengalami gangguan fisik hingga kekebalan tubuh rendah, munculnya penyakit kronis yang mudah masuk ke tubuh anak, prestasi akademik rendah, serta berdampak pada produktivitas dan ekonomi dalam jangka panjang," imbuhnya.

Salah satu program prioritas percepatan penurunan stunting di Kota Cimahi yaitu pembentukan Tim Audit Kasus Stunting (AKS). Terdiri atas tim pakar dari Rumah Sakit Cibabat yaitu dokter spesialis anak, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, psikolog, serta ahli gizi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat