kievskiy.org

Sejumlah Tengkulak Mulai Memainkan Harga Gabah

KENDARAAN bak terbuka dipenuhi gabah hasil panen di Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka.*
 
 TATI PURNAWATI/KABAR CIREBON
KENDARAAN bak terbuka dipenuhi gabah hasil panen di Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka.* TATI PURNAWATI/KABAR CIREBON

MAJALENGKA,(PR).- Sejumlah tengkulak asal Indramayu dan Majalengka serbu kawasan pertanian di wilahan Kertajati, Jatitujuh serta Dawuan yang sedang memanen padinya untuk mencari gabah. Mereka saling menjatuhkan harga sehingga petani tidak memiliki daya tawar harga yang tinggi. Hampir semua tengkulak datang berkeliling ke sawah-sawah hanya mematok harga gabah kering panen sebesar Rp 3.400 hingga Rp 3.500 per kg. Para tengkulak saling tuding siapa yang mematok harga gabah sebesar itu. Salah seorang bandar gabah asal Gegesik, Dui, yang setiap hari datang ke kasawan pertanian di Blok Ciandua, Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka menyebutkan, dirinya hanya mengikuti harga gabah yang dipatok pengusaha gabah di Majalengka. “Ketika bandar asal Majalengka mematok harga Rp 370.000 per kw di sawah, kami ikuti, sekarang harga Rp 350.000 per kw juga kami mengikuti harga Majalengka. Kami hanya mencari gabah ke sini sementara harga disesuaikan,” ungkap Dui. Dia mengaku datang ke Majalengka sejak musim panen dimulai, karena ada kebiasaan petani di Kadipaten dan Kertajati serta Jatitujuh hasil panen pertama langsung dijual di sawah tidak pernah dibawa pulang ke rumah, semikian juga dengan huruh panen, upah mereka selalu langsung di jual. Hal senada disampaikan Waskilah bandar gabah asal Bodas, Indramayu dia setiap hari mengangkut sekitar 5 hingga 6 ton gabah kering panen dari Majalengka tergantun perolahan pencari gabah yang dilakukan anak buahnya yang disebar kesejumlah areal sawah. Soal harga, menurutnya, tergantung kesepakatan yang dipatok oleh setiap bandar gabah baik asal Majalengka ataupun wilayah luar yang datang ke Majalengka. Asnim petani asal Pakubeureum, Kecamatan Kertajati mengatakan, tengkulak gabah disaat musim panen berkeliaran di sawah-sawah, mereka datang silih berganti, beberapa diantaranya langsung menyimpan uang ke petani dan gabahnya baru diambil pada sore hari seusai panen. Petani yang butuh uang langsung menerima panjar tesrebut tanpa ada tawar menawar karena petani percaya harga akan menyesuaikan dengan harga pasar di wilayahnya. “Kalau petani yang butuh uang segera untuk jajan saat panen langsung diambil tanpa memilikirkan harga. Ada pula yang terlebih dulu tawar menawar namun keputusan harga tetap ada di tengkulak. Yang namanya petani ditawari uang langsung diambil,” kata Asnim. Menurut Misbah petani di Kertajati, tengkulak padi kerap datang disaat panen, apalagi pada saat panen pertama karena mereka tahu kalau hasil panen MT I langsung dijual di sawah, jarang petani atau buruh tani yang membawa gabahnya pulang untuk dikeringkan. Karena biasanya gabah yang dibawa pulang adalah hasil panen ke II atau panen MT III. Panen MI III biasanya dipergunakan untuk cadangan makan saat msui kemarau tiba. “Hasil MT I langsung dijual karena sebagian uangnya sebagian untuk membayar utang bekas biaya garap kemarin, selain itu petani berpikiran dari pada cape harus menjemur gabah waktunya harus berkejaran dengan hujan lebih baik dijual bisa memperoleh uang dengan cepat tanpa harus cape,” kata Muamar. Tak heran menurutnya bila panen banyak tengkulak yang berkeliaran di sawah dan mereka bisa setiap hari memperoleh gabah ber ton-ton.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat