kievskiy.org

Limbah Ternak Belum Optimal Dimanfaatkan

BANDUNG, (PR).- Sebagian besar kotoran ternak masih berakhir sebagai limbah. Padahal, banyak yang di antaranya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Selain itu, pupuk kandang dari kotoran hewan atau kompos lebih bersahabat dengan tanah. Untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan manfaat kotoran hewan ternak, perlu sosialisasi yang masif dari pemerintah agar para peternak dan petani menjadi paham. Pemerintah juga perlu mempertemukan pihak peternak dengan para pengusaha pupuk kandang sebagai informasi awal bagi para peternak untuk mengoptimalkan kotoran hewan tersebut. Hal itu disampaikan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Entang Sastraatmadja kepada "PR" di Bandung, Jumat 20 Mei 2016. "Pendekatan dari pemerintah mesti betul-betul pengabdian, jadi mempertemukan antara pengusaha pupuk kandang dengan para peternak. Sebab, bisa jadi belum optimalnya pemanfaatan kotoran hewan karena pihak peternak tidak tahu ke mana harus menyalurkannya. Kalau pendekatan pengabdian, mudah mestinya bagi pemerintah mempertemukan antara peternak dengan pengusaha. Akan tetapi, kalau pendekatannya proyek ya susah, niatnya bukan membantu, tapi mengambil keuntungan," ujarnya. Ia menjelaskan, yang dibutuhkan masyarakat saat ini, terutama para peternak dan petani adalah sosialisasi dan pendidikan. Sebab, sebetulnya penggunaan pupuk organik sangat bermanfaat bagi tanah. Selain itu, penggunaan pupuk organik secara masif juga akan mengurangi limbah kotoran ternak dan memanfaatkannya menjadi lebih berdaya guna. Namun demikian, mesti ada kemauan yang besar dari pemerintah untuk memberikan pendidikan tersebut kepada masyarakat. "Saat ini, sosialisasi penggunaan pupuk organik saja masih sangat kurang. Otomatis, bagaimana mau menyampaikan informasi soal pemanfaatan kotoran hewan untuk digunakan sebagai pupuk. Pemerintahnya mesti sungguh-sungguh, jangan setengah hati. Kalau pemerintahnya serius, sangat banyak potensi yang bisa dimanfaatkan. Para peternak, para petani, dan para pengusaha pupuk di Jabar sangat banyak dan berpotensi tinggi, tinggal sejauh mana kemauan pemerintah untuk memadukannya," kata Entang.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat