kievskiy.org

Jeruk Arafah, Andalan Baru Pertanian Ciamis

KEPALA Desa Margaharja, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis, Yoyo, menunjukkan jeruk yang saat ini dikembangkan di tanah erfpacht atau hak usaha wilayah tersebut, Rabu 3 Agustus 2016. Warga menyebut jeruk tersebut dengan jeruk arafah.*
KEPALA Desa Margaharja, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis, Yoyo, menunjukkan jeruk yang saat ini dikembangkan di tanah erfpacht atau hak usaha wilayah tersebut, Rabu 3 Agustus 2016. Warga menyebut jeruk tersebut dengan jeruk arafah.*

CIAMIS,(PR).- Memanfaatkan lahan bekas kebun karet, warga Desa Margaharja, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis sejak 4 tahun belakangan ini membudidayakan tanaman jeruk. Jeruk yang ditanam di lahan erfpacht (bahasa Belanda) atau hak usaha itu tidak hanya bisa memasok kebutuhan jeruk di Tatar Galuh Ciamis akan tetapi juga di beberapa wilayah Priangan. Dari lahan hak usaha yang sebelumnya merupakan kebun karet seluas 210 hektare, saat ini yang dijadikan kebun jeruk sekitar 15 hektare. Kebun jeruk tersebut tersebar di tiga dusun yakni Dusun Bantarsari, Cipenduey, dan Kolot. Di tingkat petani saat ini, harga jeruk yang memiliki tekstur kulit tipis, banyak kandungan air, serta berbiji kecil itu mencapai Rp 12.000-Rp 15.000 per kg. Hanya saja, sebagian di antara pemilik pohon menjual jeruk saat buahnya masih hijau atau kecil. "Sekarang sedang musim panen. Hasilnya juga lumayan banyak. Apalagi selama ini relatif tidak ada serangan hama penyakit. Kami biasa menyebut jeruk arafah, mungkin sulit kalau untuk menyebut erfpacht, jadi lebih mudah arafah saja," tutur Kepala Desa Margaharja, Yoyo, Rabu 3 Agustus 2016. Didampingi tokoh masyarakat setempat, Endang Sutrisna, dia mengatakan, jenis jeruk yang dikembangkan di wilayah tersebut berbeda dengan jeruk Garut. Sebelum ditanami jeruk, lahan kebun karet itu sempat ditanami jagung, kacang, durian. "Kami baru 4 tahun menanam jeruk. Hasilnya masih lebih baik dibandingan tanaman sebelumnya. Sekarang lahan yang ditanami baru 15 hektare. Ke depan, akan terus dikembangkan," katanya. Yoyo mengungkapkan, di wilayah tersebut juga dibentuk kelompok tani erfpacht yang anggotanya terdiri atas 40 petani jeruk. Dia optimistis perkembangan komoditas hasil perkebunan tersebut dpat terus meluas sehingga pada gilirannya nanti mampu memenuhi kebutuhan jeruk lokal. "Jeruk arafah punya potensi besar untuk terus dikembangkan. Rasa dan penampilan buahnya tidak kalah dibandinghkan jenis jeruk lain termasuk yang impor. Setidaknya jeruk lokal lebih punya keunggulan," tuturnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat