kievskiy.org

Jajanan Tradisional Miliki Filosofi

JAKARTA, (PR).- Menyambut Hari Kemerdekaan RI ke-71, GULAKU kembali mengadakan serangkaian kegiatan Gebrak Pasar dan mengajak Ibu PKK di sejumlah pasar tradisional dan kelurahan di Jabodetabek untuk berpartisipasi dalam demo masak jajanan manis tradisional khas Nusantara. Hal ini sebagai bentuk kepedulian terhadap pelestarian makanan tradisional dan mendukung gerakan Ayo Kembali ke Pasar Tradisional. “Rangkaian kegiatan tersebut merupakan kelanjutan dari program Jajanan Manis yang pertama. GULAKU ingin membangkitkan kecintaan masyarakat terhadap kekayaan kuliner nusantara sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari budaya luhur bangsa Indonesia. Kue Indonesia kental akan adat istiadat, memiliki filosofi tersendiri mulai dari penyajian, bahan pembuatan, hingga kekhasan momen keberadaan kue tersebut,” kata Fiter Cahyono, Communication Officer GULAKU, Jumat 19 Agustus 2016. Menurut Fiter, setiap kue memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing yang menjadi bagian dari kearifan lokal suatu daerah dan sebagai bagian kekayaan kuliner Indonesia. Kue putri kandis dari Jambi yang masih asing di telinga masyarakat misalnya, kue ini serupa kue lapis, rasanya manis dan teksturnya lembut, proses pembuatannya harus telaten karena berlapis-lapis. Kue ini biasanya disajikan pada acara adat atau spesial di Jambi. Pada periode kedua Jajanan Manis ini, GULAKU akan memperkenalkan kue khas berbagai daerah, di antaranya kue wingko babat (Jawa Tengah), kue baruasa (Makassar), kue lepet jagung (Jawa Timur), kue lapek bugis (Minang), kue bingka pandan (Kalimantan Selatan), dan kue pepe asli Betawi (Jakarta). Total ada 25 ragam resep jajanan manis yang dilengkapi dengan video cara pembuatan hingga penyajiannya yang dapat dilihat melalui website www.resepgulaku.com sehingga masyarakat bisa mengenal lebih dekat jajanan manis khas Nusantara. “Sudah saatnya jajanan pasar atau kue tradisional diangkat menjadi ikon budaya bangsa,” kata Fiter. Chef Yeni Ismayani di sela demo masak Jajanan Manis GULAKU mengatakan, ”Sebaiknya ibu-ibu juga mengetahui cara penggunaaan gula yang tepat, takaran yang sesuai dalam setiap resep. Seperti kue bingka dari suku Banjar, Kalimantan Selatan, lebih sesuai menggunakan GULAKU premium atau yang berwarna putih untuk mendapatkan warna dan hasil yang maksimal. Di beberapa daerah semisal Palembang, Bengkulu, Jambi juga memiliki kue serupa dengan kue bingka asal Banjar ini, hanya perbedaannya pada warna dan tambahan bahan, misalkan di Palembang kita mengenal kue 8 jam , perbedaannya kue tersebut berwarna cokelat. Sedangkan Bengkulu dan Jambi, mereka menggunakan rempah, berbeda lagi dengan beberapa daerah Kalimantan lainnya, ada tambahan seperti kentang dan pisang. Melalui kegiatan Jajanan Manis GULAKU ini, para ibu-ibu jadi dapat lebih mengenal ragam jajanan khas Nusantara serta cara penggunaan dan pemilihan gula yang tepat dalam setiap resep kue agar hasilnya maksimal,” tegas Yeni. Seluruh rangkaian acara Gebrak Pasar dan edukasi kepada komunitas perempuan di sejumlah kelurahan dan kecamatan di Jabodetabek ini berlangsung Agustus-September 2016. Sebelumnya, Mei lalu GULAKU sukses menggelar acara serupa dengan menggandeng sekitar 1.000 ibu-ibu yang antusias mengikuti seluruh kegiatan dari awal hingga akhir. Bersamaan dengan kegiatan Gebrak Pasar tersebut, GULAKU juga menggelar program Bungkus Manis Berhadiah yang akan berlangsung selama dua bulan di setiap titik lokasi dan dilaksanakan hingga 30 November 2016. Program ini bisa diikuti perseorangan (individu), RT, hingga kelurahan di beberapa area Jabodetabek sesuai kegiatan Jajanan Manis GULAKU.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat