kievskiy.org

Anomali Cuaca, Petani Garam Sudah 1,5 Tahun Menganggur

JAKARTA, (PR).- Ribuan petani garam di Indonesia sudah tidak melakukan produksi selama 1,5 tahun. Ketergantungan tinggi pada alam menyebabkan petani tidak bisa melakukan proses produksi saat terjadi anomali cuaca.

‎Sekretaris Jenderal Persatuan Petambak Garam Indonesia Muhammad Sarli mengatakan, ribuan petani garam menganggur karena faktor cuaca. Musim kemarau dan hujan yang tidak menentu menyebabkan hasil produksi menjadi gagal. "Kemarin itu bisa dikatakan kemarau basah, jadi musim kemarau tapi masih ada hujan. Ini yang menyebabkan petani stop berproduksi,"kata dia kepada Pikiran Rakyat, Selasa 25 Juli 2017.

Menurut Sarli, anomali cuaca tersebut terjadi dalam jangka waktu lebih lama dari biasanya. Kejadian serupa pernah terjadi lima tahun lalu. Namun kondisi tersebut hanya berlangsung selama satu tahun. "Jadi kalau dulu, tahun kemarin tidak produksi, awal tahunnya langsung bisa produksi. Sekarang setelah tahun kemarin stop produksi, tahun ini hingga bulan ke tujuh masih tidak bisa produksi,"ujar dia.

Stok garam

Kondisi tersebut menyebabkan stok garam menjadi habis. Komoditas ini pun menjadi langka di pasar dan harganya mahal. Sarli berharap, petani sudah bisa melakukan produksi dalam waktu dekat.

‎Dia mengatakan, proses produksi garam yang dilakukan petani lokal memang masih memiliki ketergantungan tinggi pada alam. Hal itu berbeda dengan di negara maju yang sudah menggunakan teknologi sehingga bisa tetap berproduksi meskipun cuaca buruk. 

Menurut dia, Kementrian Kelautan dan Perikanan sudah pernah menerapkan program penggunaan teknologi untuk proses produksi. Namun saat ini baru 40 persen petani yang menggunakan teknologi tersebut.

Selain tergantung pada alam, proses produksi yang dilakukan oleh petani lokal juga masih memiliki produktivitas rendah yaitu sekitar 70-80 ton per hektar. "Kalau pakai teknologi yang digunakan KKP bisa 100 ton per hektar,"ujar dia.

Menurut Sarli, lahan produksi garam di Jawa Barat sekitar 7000 hektar. Selain membuat petani mengangur, ratusan usaha kecil menengah terkait komoditas ini juga ikut gulung tikar karena bahan bakunya tidak ada. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat