JAKARTA, (PR).- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa Indonesia tengah mengupayakan untuk memperluas pasar ekspor kepada negara-negara di luar organisasi perdagangan dunia (World Trade Organitation/WTO). Meskipun memiliki resiko, potensi ekspor ke negara-negara tersebut cukup menjanjikan.
Enggartiasto Lukita mengatakan, negara-negara non-WTO yang sedang dijajaki itu antara lain Aljazair dan Uzbekistan. Dia mengakui, banyak negara yang enggan memiliki perjanjian dengan negara non-WTO tersebut. Sebab, jika terjadi perselisihan dalam perdagangan dua negara, tidak ada hakim yang bisa memediasi penyelesaian konflik tersebut.
"Kami beritahukan kepada pengusaha (yang ingin ikut dalam perdagangan dengan negara tersebut), kalau terjadi perselisihan, tidak ada hakim yang biasanya selama ini dipegang WTO," ujar dia di Jakarta, Jumat 9 November 2018.
Meski demikian, Enggartiasto Lukita mengatakan, masih minimnya negara yang melakukan perjanjian dengan negara tersebut justru menjadi peluang besar untuk melakukan ekspor ke sana.
"Saat negara lain masih khawatir (untuk melakukan perjanjian perdagangan), kita bisa masuk ke sana," ujarnya.
Menurut Enggartiasto Lukita, upaya itu dilakukan untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia. Salah satu hal yang diupayakan pemerintah adalah membuka pasar nontradisional.
Selain itu, Enggartiasto Lukita mengatakan, Kementrian Perdagangan juga terus mengupayakan perjanjian bilateral dengan negara-negara tujuan ekspor. Saat ini perjanjian perdagangan yang dimiliki Indonesia baru dua.
"Selama delapan tahun, hanya selesai dua perjanjian. Satu belum ditandatangani dengan Australia, tingga tunggu keputusan Menlu," ujar dia.
Minimnya perjanjian perdagangan itu menyebabkan Indonesia memiliki daya siang yang rendah. Komoditas ekspor Indonesia seringkali harus bersaing dengan barang dari negara lain yang bea masuknya nol persen. Sementara bea masuk barang ekspor asal Indonesia sangat tinggi.