kievskiy.org

Operasi Moneter untuk Meningkatkan Likuiditas Perbankan

 ILUSTRASI logo Bank Indonesia.*
ILUSTRASI logo Bank Indonesia.*

JAKARTA, (PR).- Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) 20-21 Maret 2019 memutuskan untuk tetap mempertahankan BI? 7 Days Reverse Repo Rate sebesar enam persen. Keputusan tersebut diambil setelah Bank Sentral Amerika Federal Reserves mengisyaratkan tidak akan menaikan suku bunganya sepanjang tahun 2019.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, keputusan menahan suku bunga BI tersebut sudah mempertimbangkan kebijakan The Fed. "Kami membaca semua informasi, termasuk tadi pagi (pengumuman The Fed),"ujar dia saat konferensi pers di Jakarta, Kamis 21 Kamis 2019.

Meskipun demikian, Perry mengatakan, BI merubah prediksi kenaikan suku bunga The Fed. Sebelumnya BI memprediksi The Fed akan menaikan suku bunganya dua kali sampai dengan tahun 2020. Namun saat ini, BI memprediksi kenaikan suku bunga tersebut hanya satu kali.

"Semula? kami prediksi The Fed masih naikan suku bunga satu kali tahun ini, dan satu kali tahun depan. Namun saat ini kemungkinan sampai 2020, The Fed hanya menaikan satu kali suku bunga. Kemungkinan naik akhir tahun atau tahun depan,"ujar Perry.

Meskipun stands kebijakan BI masih ketat untuk suku bunga, Perry menyanggah jika hal itu menahan pertumbuhan ekonomi. Sebab, BI menempuh kebijakan lain yang lebih akomodatif untuk mendorong permintaan domestik.

Pendalaman pasar keuangan

Kebijakan tersebut? di antaranya adalah menempuh startegi operasi moneter untuk meningkatkan likuiditas perbankan, memperkuat kebijakan maroprudential yang akomodatif, akselerasi kebijakan pendalaman pasar keuangan, dan memperluas program elektronifikasi. "Termasuk elektronifikasi penyaluran bantuan sosial dan standarisasi QR code payment,"ujarnya.

Ekonom dari Institut for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan kebijakan The Fed itu memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunganya. Meskipun demikian, penurunan suku bunga tersbeut sebaiknya tidak dilakukan buru-buru.

Menurut Bhima, ruang penurunan suku bunga ?baru akan terbuka pada semester dua tahun ini. Apalagi negara berkembang lainnya belum ada yang mengeluarkan kebijakan menurunkan suku bunga.

"Jika suku bunga BI turun terlalu cepat, maka bunga surat utang akan turun, itu akan memacu aliran modal asing keluar. Kondisi ini yang akan menggoyang Rupiah,"ujar dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat