kievskiy.org

Rizal Ramli Kritik Jokowi Larang Ekspor Minyak Goreng: Kebijakan Asal Populer Tapi Ngasal

Ekonom senior, Rizal Ramli.
Ekonom senior, Rizal Ramli. /Twitter @ramlirizal Twitter @ramlirizal


PIKIRAN RAKYAT - Ekonom Rizal Ramli mengkritik kebijakan Presiden joko Widodo (Jokowi) yang melarang ekspor minyak goreng dan bahan bakunya atau crude palm oil (CPO) ke luar negeri. Rizal Ramli menyebut keputusan tersebut merupakan kebijakan asal populer.

"Inilah contoh kebijakan asal populer tapi ngasal (emoticon) Kebijakan yg dirumuskan tanpa data2 kuantitatif tanpa simulasi dampak. Sekali cetek tatap cetek," kata Rizal Ramli melalui akun Twitter-nya, Sabtu, 23 April 2022.

Selain Rizal Ramli, beberapa kalangan juga mengkritik kebijakan larangan ekspor CPO yang menimbulkan menimbulkan kekhawatiran terhadap harga tandan buah segar (TBS) di kalangan petani sawit.

Unggahan Rizal Ramli.
Unggahan Rizal Ramli.

Manajer Koperasi Produsen Wahyu Ilahi, H Muhammad Yuhni, di Tanjung, mengatakan dipastikan petani Sawit menjerit akibat dampak kebijakan Jokowi tersebut.

Baca Juga: Saur On The Road Jadi Modus, 60 Remaja Diringkus Polisi di Bekasi

Kebutuhan dalam negeri hanya 10 persen dari kapasitas atau produksi kelapa sawit produksi CPO secara nasional, dengan skala kebutuhan nasional ini jumlahnya kecil atau sekitar hanya enam hingga tujuh juta ton untuk minyak goreng per tahun.

"Petani baru sebentar bisa menikmati harga tinggi, dengan adanya kebijakan penyetopan ini kami meyakini harga Sawit akan anjlok seperti dua tahun lalu," kata Muhammad Yuhni, dikutip dari Antara.

Akibat larangan penyetopan dipastikan pabrik yang tempat biasa membeli atau menampung produksi buah petani tentu akan mengurangi pembelian buahnya ke petani, dalam kondisi tersebut diyakini buah sawit akan menumpuk karena minyaknya tidak bisa dijual.

Walaupun pemerintah meminta perusahaan membeli dari para petani, tetapi karena daya tampung pabrik yang terbatas, maka akan terasa sia-sia saja penetapan TBS yang dilakukan pemerintah, diperparah kondisi mahalnya biaya produksi sawit petani untuk pupuk dan lainnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat