kievskiy.org

Tak Cukup Andalkan Kekayaan Demografis, Pembangunan Desa Butuh Kekuatan Eksternal

Sejumlah petani di Desa Andir, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka lakukan panen perdana pisang cavendish yang baru beberapa bulan lalu dibudidayakan masyarakat setempat bekerjasama dengan Bumdes setempat, Kamis, 24 November 2022.
Sejumlah petani di Desa Andir, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka lakukan panen perdana pisang cavendish yang baru beberapa bulan lalu dibudidayakan masyarakat setempat bekerjasama dengan Bumdes setempat, Kamis, 24 November 2022. /Pikiran Rakyat/Tati Purwanti

PIKIRAN RAKYAT - Percepatan pembangunan perdesaan tidak bisa semata hanya mengandalkan kekayaan demografis suatu desa. Diperlukan, pendekatan berbeda melalui sinergi dan kolaborasi antara kekuatan eksternal dengan pengetahuan lokal untuk mengakselerasi perekonomian di perdesaan.

Ketua Pusat Studi Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LMFEB) Universitas Padjadjaran Yudi Ahmad Faisal mengatakan potensi desa sangat luar biasa meliputi pariwisata, pertanian, perdagangan, peternakan.

Namun seringkali persoalannya bukanlah di potensi, tetapi faktor-faktor diluar kekayaan geografis tersebut. Sehingga perlu didisain berbagai program yang relevan. Tidak hanya dari sisi kebaruan dan kebutuhan masyarakat modern, namun, juga dari kebutuhan spesifik masyarakat desa.

Untuk medesain program yang relevan, lanjut Yudi, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi dari beragam pihak. Ia mengutip rilis the New Logic of Competition atau logika baru kompetisi di abad ini dari Boston Consulting Group (BCG) bahwa bersinergi dan berkolaborasi sangatlah penting untuk memenangkan keunggulan kompetitif pada zaman sekarang.

Namun, lanjutnya, tak jarang program pemberdayaan Desa seringkali tidak optimal karena adanya gap antara maksud Lembaga donor dengan kebutuhan nyata desa. Selain itu, seringkali memposisikan desa sebagai objek yang perlu ditolong bukan sebagai mitra strategi untuk maju bersama.

“Oleh karena itu, pendekatan personal dan emosional (personal dan emotional approach) seringkali lebih efektif dalam program pemberdayaan. Dengan memposisikan Desa sebagai mitra strategis akan lebih berdampak daripada menjadikan Desa hanya sebagai objek pemberdayaan,” ujarnya disela Inaugurasi New Desa Brilian Batch 2 tahun 2023, di Bandung.

Ia menambahkan dengan bersikap empatik dirasa lebih efektif untuk menggali berbagai isu-isu desa yang berpotensi menjadi penghalangan kemajuan desa. Sehingga para pemberdaya dari Perguruan Tinggi mampu memberikan resep yang sesuai dengan diagnosis di lapangan.

Terkait dengan New Desa Brilian Batch 2, Yudi mengatakan telah melaksanakan pelatihan selama kurang lebih 2 bulan melalui 11 kali kelas online.

Sebanyak 395 desa yang tergabung dengan 40 desa terbaik dipilih setelah mengikuti pelatihan tersebut dan 15 desa akan didampingi Unpad dan BRI selama 2 minggu baik secara online maupun offline.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat