PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah warganet kembali menyuarakan boikot terhadap produk-produk yang mendukung serangan Israel di Palestina. Namun akankah upaya ini mampu melumpuhkan ekonomi Israel?
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Paramadina, Shiskha Prabawaningtyas mengatakan, alih-alih membuat ekonomi Israel lumpuh, aksi boikot justru berisiko merugikan ekonomi Indonesia.
“Ada ruang-ruang kontestasi identitas dan afiliasi, itu mensimplifikasi bahwa tidak memboikot Israel sama saja dengan (mendukung genosida), itu simplifikasi. Padahal belum tentu begitu,” kata Shiskha dilansir dari BBC News Indonesia.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh peneliti INDEF, Ahmad Heri Firdaus. Menurutnya, dari segi ekonomi, aksi boikot akan lebih merugikan ekonomi Indonesia dibanding Israel.
Alasannya, perusahaan-perusahaan Israel yang jadi sasaran boikot di Indonesia memiliki lisensi dalam negeri dan sudah menyerap tenaga kerja dan sumber daya lokal.
“Artinya kalau ada aksi boikot nanti yang terkena dampak adalah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut yang di mana itu adalah tenaga kerja mereka sendiri,” kata Heri.
Meskipun gerakan boikot merupakan bentuk kecaman masyarakat Indonesia terhadap tindakan Israel sekaligus kepedulian mereka terhadap Palestina, tetapi risikonya terlalu besar.
Heri menilai produk-produk lokal memang potensial menjadi alternatif untuk pergeseran pola konsumsi masyarakat. Namun, produk-produk ini belum sanggup bersaing maupun menggantikan perusahaan multinasional yang hendak diboikot. Terlebih, konsumen Indonesia masih memandang merek sebagai nilai jual.