kievskiy.org

Setahun Erick Thohir Menteri BUMN: Inovasi Pengelolaan Talenta Karyawan Menjadi Keharusan

Direktur Digital Business Telkom Muhamad Fajrin Rasyid (keempat dari kiri, berdiri) saat berkunjung ke Bandung Digital Valley beberapa saat yang lalu.
Direktur Digital Business Telkom Muhamad Fajrin Rasyid (keempat dari kiri, berdiri) saat berkunjung ke Bandung Digital Valley beberapa saat yang lalu. /Telkom Telkom

PIKIRAN RAKYAT - Bulan Oktober lalu, genap satu tahun Erick Thohir mengabdi sebagai Menteri BUMN. Selama menjabat Erick Thohir sangat menaruh perhatian terhadap pengembangan talenta BUMN, khususnya untuk kalangan milenial. Pihaknya berkomitmen untuk terus menanamkan semangat kerja kepada kaum muda atau golongan milenial yang saat ini tengah menghadapi tantangan disrupsi dan penuh dinamika. Untuk itu, sumber daya manusia (SDM) di lingkungan BUMN harus membudidayakan iklim kerja yang inovatif untuk menciptakan peluang bisnis serta melakukan terobosan bisnis di era digital dan masa mendatang.

Sebagai perusahaan telekomunikasi pelat merah, Telkom menyadari betul bahwa SDM merupakan hal yang sangat krusial untuk keberlangsungan perusahaan hingga waktu mendatang. Tanpa adanya SDM yang inovatif dan adaptif, tentunya perusahaan akan kesulitan untuk menyamakan langkah dengan kondisi industri yang terus berubah. Sejalan dengan transformasi yang dijalankan untuk menjadi perusahaan telekomunikasi digital, Telkom terus meningkatkan kapabilitas tidak hanya dari aspek proses bisnis tapi juga kompetensi karyawannya. Digital mindset dan digital readiness menjadi suatu keharusan bagi seluruh insan Telkom.

Setidaknya ada konsep 3B yang dijalankan Telkom dalam mengembangkan kapabilitas digital perusahaan, yakni Build (mengembangkan dari kompetensi internal), Borrow (partnership), Buy (akuisisi) dengan konsiderasi value proposition perusahaan. Salah satu implementasi strategi TelkomGroup dalam membangun kompetensi digital di dalam tubuh perusahaan adalah melalui Program Digital Amoeba, yakni sebuah sarana pengembangan inovasi melalui model bisnis baru bagi internal perusahaan untuk mendapat solusi bagi produk dan layanan digital TelkomGroup ke depan. Inisiatif ini bertujuan mengembangkan karyawan yang memiliki kemampuan teknologi digital dan menawarkan inovasi-inovasi sesuai dengan portofolio bisnis perusahaan.

Baca Juga: 7 Tahapan Program Kartu Prakerja Gelombang 11, Salah Satunya Insentif Pasca Pelatihan

Melalui Amoeba, karyawan TelkomGroup yang memiliki ide kreatif akan difasilitasi sarana inkubasi dan pelatihan untuk dapat mengembangkan ide yang dimiliki tersebut menjadi sebuah produk ataupun layanan dan siap untuk diterjunkan ke pasar. Tidak hanya pendampingan dalam pengembangan produk dan go to market, startup internal yang sudah mumpuni pun akan didukung dalam hal investasi. Saat ini ada beberapa jebolan Amoeba yang produk dan layanannya sudah ditujukan untuk publik seperti Smart Eye, Gameqoo, dan Arkademy.

Tak hanya Amoeba, Telkom juga memiliki Indigo Creative Nation yaitu program inkubasi/akselerasi startup dari yang mengusung prinsip kreativitas dalam berbisnis dari mulai nurturing creativity hingga tahap Follow-on-Funding (FoF), dengan tujuan meningkatkan daya saing, kemandirian, dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui pengembangan industri digital kreatif. Indigo pertama kali diadakan pada tahun 2013 dan secara konsisten untuk batch intake hadir 2 kali setiap tahunnya.

Program ini telah membina 31.748 talenta digital tersebar di 17 DILo (Digital Innovation Lounge) di seluruh Indonesia. Setidaknya 177 startup digital telah masuk program inkubasi dan akselerasi market yang bertempat di 4 DiVa (Digital Valleys) yaitu di Jakarta, Bandung, Jogja, dan Makassar. Kali ini, Indigo Batch 2 - 2020 sudah membuka registrasi dari 1 Oktober lalu dan menawarkan pendanaan hingga Rp2 miliar untuk setiap startup yang berhasil melalui proses seleksi serta inkubasi/akselerasi di bawah naungan Telkom.

Baca Juga: Suami Sibuk Bekerja, Istri Tiongkok Malah Punya Hubungan Gelap dengan 300 Orang Pria Selama 2 Tahun

Target utama program pengembangan ekosistem digital ini adalah untuk menumbuhkan bibit unggul digipreneur di Indonesia untuk mengejar ketinggalan dengan negara lain. Sudah saatnya Indonesia menjadi pemain digital, bukan hanya jadi konsumen. Banyak anak muda Indonesia yang memiliki kompetensi di bidang teknologi digital, tapi direkrut perusahaan digital negara lain. Melalui program Indigo ini diharapkan mampu membangun ekosistem digital Indonesia dan menjadikan Indonesia memiliki kekuatan dan daya saing di pasar digital global.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat