kievskiy.org

Sora Watu, Alat Musik dari Batu Asal Majalengka Mampu Mengeuarkan Melodi nan Indah

Pemain musik memainkan Sora Watu yang terbuat dari batu andesit di sanggar seni Kirik Nguyuh asal Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka.
Pemain musik memainkan Sora Watu yang terbuat dari batu andesit di sanggar seni Kirik Nguyuh asal Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Sanggar seni Kirik Nguyuh asal Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka mampu menciptakan alat musik dari serpihan batu andesit, limbah dari pengergajian batu yang ada di Majalengka.

Cara memainkannya yakni dengan dipukul. Serpihan-serpihan batu beragam ukuran disusun diatas kayu seperti halnya alat musik khas Sunda, yakni saron.

Alat musik yang satu ini memiliki panjang sekitar 50 cm, lebarnya ada yang mencapai 30 cm. Jumlahnya mencapai tujuh set yang setiap setnya beragam ukuran dan jumlah.

Tentu tidak semua orang mampu memainkan alat musik tersebut. Hanya mereka yang sudah terlatih yang mampu menabuh batu hingga mengeluarkan alunan nada dengan karakter tersendiri.

Baca Juga: Laksmi De Neefe Suardana Tetap Dapat Dukungan Meski Belum Berhasil di Miss Universe 2022

Tak sekadar pukulan batu, alat musik ini mengeluarkan melodi yang bisa dinikmati pendengarnya, hingga orang yang tidak paham dengan suara musik pun bisa menikmati aluna melodi yang dikeluarkan dari suara batu-batu yang dipukul dengan benda keras.

Pemilik Sanggar Seni Kirik Nguyuh, Baron Pamousa, memberinya nama musik dari batu tersebut dengan sebutan Gamelan Sora Watu. Kalimat tersebut berasal dari bahasan Sunda yang artinya suara batu.

Salah seorang pemain musik Sora Watu, Sena Dipayana Supena (28), menyebutkan, musik tersebut tercipta dari keprihatinan banyaknya limbah batu bekas pengergajian di Desa Salagedang, Kecamatan Sukahaji. Semula batu hanya sekedar dipuku-pukul tak beraturan, tapi lama kelamaan ternyata pukulan tersebut memiliki nada. Berulang kali batu-batu dicoba dipukul hingga akhirnya keluar nada-nada yang indah untuk didengar.

“Nada yang keluar sementara ini pentatonik dengan lima oktaf, da, mi, na, ti, la da,” ujar Sena lulusan Sastra Sunda ditemani sejumlah temannya Bambang, Oyong, Ayu, dan Dilar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat