kievskiy.org

Seni Butuh Regenerasi, Ketika Andil Anak Muda Mulai Tergerus Zaman

Ilustrasi tari merak.
Ilustrasi tari merak. /Antara Jatim/Ari Bowo Sucipto/zk/17 Antara Jatim/Ari Bowo Sucipto/zk/17

PIKIRAN RAKYAT - Perkembangan seni di masa depan sangat bergantung pada pelaku seni di masa kini. Oleh karena itu, regenerasi pelaku seni menjadi sebuah keniscayaan. Akan tetapi, ternyata tidak banyak anak usia 5-17 tahun yang aktif terlibat sebagai pelaku seni.

Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menunjukkan persentase anak usia 5-17 tahun yang terlibat dalam pertunjukan seni. Data tahun 2018 itu mengungkapkan rata-rata keterlibatan anak usia 5-17 tahun untuk skala nasional hanyalah 3,56 persen.

Persentase tertinggi ada di Provinsi Bali dengan 8,63 persen dan posisi kedua di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 7,49 persen. Provinsi Jawa Barat berada sedikit di atas rata-rata nasional yaitu 3,8 persen.

Seniman tari dan juga pendiri Rumah Kreatif Wajiwa, Alfiyanto, merasakan regenerasi yang memang sulit terjadi di masa sekarang. Apalagi dampak dari pandemi Covid-19 yang terjadi tiga tahun ini, setengah anak didiknya tidak lagi berlatih bersama.

Baca Juga: Pembangunan Kembali Bale Pinton Bandung Barat Batal, Pegiat Seni Bakal Gugat Pemprov

"Sangat memengaruhi sekali, banyak anak-anak yang tidak kembali ikut berlatih, sehingga dari jumlah anggota 85 orang sekarang tinggal 40 orang," kata Alfiyanto yang juga staf pengajar di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) itu.

Sejak 2014, Alfiyanto fokus untuk membina anak-anak untuk uji coba dan mempermatang konsep Literasi Tubuh Wajiwa. Gagasan yang sama ia angkat juga sebagai bahan penelitian di S3. Wajiwa sendiri telah telah terbentuk sejak 2006 dan berkembang menjadi Rumah Kreatif Wajiwa sejak 2013, untuk menjadi ruang atau wadah aktivitas dan kreativitas, yang berlokasi di Jalan Tirtawangi 2, Ciganitri, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.

"Saya melakukan aktivitas dan kreativitas ini mengalir saja, anak-anak tidak harus menjadi penari atau koreografer yang hebat, akan tetapi bagaimana anak-anak tersebut mempunyai kepekaan raga, rasa, pikir, dan imajinasi, di samping memiliki manfaat untuk proses kreativitas seni tari juga bermanfaat untuk kehidupan mereka," katanya.

Metode Literasi Tubuh mengfungsikan seni sebagai wadah bukan saja untuk ranah artistik, tetapi yang lebih penting adalah wadah edukasi tubuh, bagaimana anak mempunyai kecerdasan raga, rasa, pikir, dan imajinasi. Semuanya itu memiliki konektivitas satu sama lain untuk membentuk mental kreatif anak-anak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat