PIKIRAN RAKYAT - Film dokumenter Francis of The Ripple Magazine bersutan sutradara Yassar, yang merupakan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 10 Bandung menampilkan sejarah media lokal kaula muda Kota Bandung, Ripple Magazine.
Produksi film ini bekerja sama dengan Atap Class dan Studio Wanieun yang pertama kali tayang di Braga Sky 1957, Jalan Suniaraja No. 5 Braga, Selasa, 19 Desember 2023.
Ripple Magazine lahir dari jenama fesyen 347 Boardriders. Majalah ini menjadi tongkat estafet musik Kota Bandung dari era 1960-an hingga 2009. Selain itu, tidak sedikit seniman, musisi, jurnalis, dan subkultur Kota Bandung dan Indonesia yang Ripple Magazine jembatan penghubung skena di kota itu.
Baca Juga: Ripple Magazine Belum Mati, Diskusi Bertajuk BAROMETER? Digelar di Pikiran Rakyat
Francis of The Ripple Magazine bisa dianggap sebagai film dokumenter tentang kritik terhadap minimnya narasi musik di Kota Bandung yang dulunya dianggap sebagai trend center musik Indonesia pada saat itu.
Lihat postingan ini di InstagramSebuah kiriman dibagikan oleh Satria Nurbambang (@satria_nb)
Dalam film dokumenter ini ditampilkan juga kliping-kliping majalah Ripple serta menghadirkan pelaku dan kenangan Ripple Magazine. Mulai dari vokalis Pure Saturday Satria Nurbambang, mantan vokalis Rocket Rockers Noor Al-Kautsar (Ucay), vokalis The SIGIT, Rekti Yoewono, hingga jurnalis Idhar Resmadi.
Produser Francis of The Ripple Magazine, Kimung, mengatakan bahwa film ini berangkat dari upaya untuk menyambung kembali ingatan tentang skena-skena orang-orang muda yang ada di Bandung, khususnya skena musik.
"Riset awalnya kami mencoba mapping sejarah media dan zine (majalah), akhirnya kami menemukan di musik itu ada tiga media yang harus kita bahas," katanya dalam seusai skrining film Francis of The Ripple Magazine di Aula Pikiran Rakyat pada Jumat, 26 Januari 2024.