kievskiy.org

Menjelajahi Kompleks Candi Muaro Jambi, Saksi Bisu Kejayaan Buddha Nusantara Abad 7-13

Kompleks candi di Kawasan Cagar Budaya Nasional Candi (KCBN) Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Kompleks candi di Kawasan Cagar Budaya Nasional Candi (KCBN) Muaro Jambi, Provinsi Jambi. /Pikiran Rakyat/Muhammad Ashari

PIKIRAN RAKYAT - Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muaro Jambi di Provinsi Jambi, Sumatra, menyimpan kekayaan sejarah Nusantara yang berlimpah. Area seluas 3.981 hektare tersebut menjadi sebuah kompleks candi yang memendam sejarah Buddhisme di Nusantara abad ke-7 hingga ke-13.

Terdapat 11 candi utama yang berada di KCBN Candi Muaro Jambi saat ini. Kesebelas candi tersebut adalah yang sejauh ini sudah ditemukan dalam penggalian arkeologis. Namun demikian, berdasarkan data Direktorat Jenderal Kebudayaan, diperkirakan masih ada 82 reruntuhan yang tertimbun dalam gundukan-gundukan. Kesemuanya itu masih menunggu untuk ditemukan.

Menelusuri kompleks Candi Muaro Jambi dapat menjadi pengalaman tersendiri. Kawasan ini membentang sepanjang 7,5 kilometer dari barat ke timur tepian Sungai Batanghari. Sebagai informasi, sungai tersebut merupakan yang terpanjang di Sumatra.

Setidaknya butuh lebih dari satu hari bila seseorang ingin menelusuri seluruh kawasan KCBN Muaro Jambi. Selama perjalanan, kita juga perlu membawa bekal makanan dan minuman yang cukup karena wilayah tersebut dikelilingi oleh hutan.

Selain itu, masih juga terdapat rawa-rawa di beberapa wilayah KCBN Muaro Jambi. Di area Candi Gumpung bahkan kita bisa menggunakan perahu kecil. Pasalnya, candi tersebut dikelilingi oleh parit dan air yang meluber dari rawa-rawa.

Di KCBN Candi Muaro Jambi, belasan candi yang ada itu tidak berdiri berdekatan antara satu yang lainnya. Seseorang setidaknya perlu berjalan atau menggunakan sepeda dengan jarak antara 1-3 kilometer dari satu candi ke candi lainnya.

Pusat Pendidikan Buddhisme

Banyaknya peninggalan candi di KCBN Candi Muaro Jambi dipercaya menunjukkan adanya suatu masa dimana Buddhisme di Nusantara sangat berkembang. Bahkan, keberadaan candi-candi itu juga dipercaya menjadi pusat destinasi bagi para pemuka Buddha kala itu untuk mempelajari agamanya.

Kepala Unit Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, Agus Widiatmoko, mengatakan, kepercayaan itu muncul setelah mempelajari catatan sejarah.

"Kami melihat dari riset, seperti dari narasi-narasi sejarah yang berkembang di Cina, seperti catatan I Ching, kemudian biografinya Atisa Dipamkara Srijnana," katanya di Candi Muaro Jambi, Sabtu, 3 Februari 2024.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat